Lensadakwah.com – Majelis Tabligh dan Ketarjihan bersama Lembaga Budaya Seni dan olah raga (LBSO) Pimpinam Pusat Muhammadiyah selenggarakan rakernas di Solo, 18-20 Agustus 2023
Rakernas yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta ini dihadiri oleh seluruh utusan Aisyiyah se-Indonesia dan beberapa utusan luar negeri.
Salah satu materi yang dibahas dalam kegiatan rakernas tersebut adalah “.” yang disampaikan oleh ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ustad Muchamad Arifin.
Dalam paparannya ketua LDK PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa berdakwah di komunitas membutuhkan modal yang lebih bukan hanya sekedar cukup. Karena kita banyak menghadapi banyak model komunitas maka dibutuhkan banyak modal.
Dalam penjelasannya panggilan ustad Arifin ini lebih banyak bercerita pengalamannya berdakwah di beberapa komunitas kelas bawah seperti: komunitas punk, anjal, gepeng, kurban narkoba, lapas, lokalisasi dan beberapa kumunitas lainnya.
Bercerita soal pengalaman dakwah di komunitas waria yang mendapatkan kado cium pipi waktu foto bersama menjadikan para peserta rakornas bikin gerrr serentak.
Ketua LDK PP Muhammadiyah yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemecah rekor di Musium Rekor Dunia Indonesai (MURI) dalam Peluncuran 1000 Dai Agen Perdamaian dan Moderasi Beragama ini mengajak kepada para peserta untuk memahami karakter komunitas sebelum terjun ke komunitas yang dituju. Karena setiap komunitas memiliki karakter yang berbeda-beda.
Ustad yang lama mengabdikan diri di Badan Narkotika Nasional (BNN) ini menggambarkan bahwa komunitas bawah itu seperti batu yang ada di jalan. Harus ada yang ringan tangan untuk menyingkirkam agar tidak mengganggu. Demikian halnya dengan komunitas kelas bawah. Kalau tidak ada yang peduli, maka akan menjadi masalah sosial.
Dakwah di komunitas kelas bawah dan kelas atas itu beda jauh. Jelas ustad Arifin pada peserta rakernas.
Dari sisi modal yang dibutuhkan, dakwah dikelas bawah itu membutuhkan modal besar karena kita setiap melakukan dakwah harus membawa bingkisan sedangkan di kelas atas bingkisan tidak di butuhkan. Meskipun dakwah di kelas atas tidak membutuhkan bingkisan tetapi lebih sulit menembusnya kalau tidak punya jaringan.
Dakwah dikomunitas bawah tidak bisa hanya dilakukan satu dua kali tetapi harus dilakukan dengan kontinyu, terus menerus hingga ada titik terang keberhasilan.
Dalam waktu yang sama artis dan juga mantan anggota dewan Angelina Sondakh yang tampil secara panel menambahkan pengalamannya dalam berdakwah dikomunitasnya menjadikan para peserta rakernas semakin terang model dakwah komunitas yang harus dilakukan.
Di akhir presentasinya Ketua LDK PP Muhammadiyah menyampaikan pesan agar bisa para peserta pasva rakernas ini bisa fokus pada satu komunitas saja yang menjadi pilihan dakwahnya.
LDK PP Muhammadiyah dalam waktu dekat akan segera menggelar Bimtek Dai Komunitas yang diselenggarakan secara bertahap. Karena tanpa adanya bimtek tidak yakin program dai komunitas ini bisa berjalan.
Sumber : Divisi Dakwah Digital LDK PP Muhammadiyah