Lensadakwah.com – Kajian Rabu ba’da shubuh, 1 Pebruari 2023 di Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya yang diasuh oleh ustad Nurcholis Huda menyampaikan tema Hati yang terluka dan cara penyembuhannya.
Dalam muqaddimahnya panggilan ustad Nurcholis menyampaiakan, bahwa: Kalau pisau melukai tubuh, masih bisa diharapkan kesembuhannya. Tetapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak dicari (kata pujangga).
Cerita Inspiratif
Seorang remaja sering marah-marah. Tidak bisa
mengendalikan emosi. Bapaknya lalu memberikan 100 paku.
“jika kamu akan marah, tancapkan paku di pagar. Kamu akan
tahu seberapa mudah kamu terbakar oleh kemarahanmu”,
kata sang ayah.
Setiap kali akan marah anak itu segera mengambil palu dan
paku dan menacapkan di pagar. Setelah dua hari dia tidak
manyangka sudah puluhan paku yang tertancap di pagar.
Alangkah tinggi tingkat kemarahannya. Dia bertekad akan
mengendalikan marahnya
Dengan tekad kuat dia berhasil setiap hari mengurangi jumlah
paku yang menancap di pagar. Pada hari ke 12 dia tidak lagi
menancapkan paku sama sekali.
Dengan bangga dia beritahu ayahnya. “Itu prestasimu” kata
ayahnya memuji. “Masih ada pelajaran lagi untukmu”, kata
ayahnya.
Anaknya diajak keluar lalu disuruh mencabuti semua paku
yang menancap. Maka nampak lubang-lubang bekas paku.
“Lihat bekas paku yang menacap. Semua berlobang. Ada
yang berlobang biasa ada yang dalam tergantung paku itu
menancap.
Demikian juga hati orang-orang yang kau sakiti lewat
amarahmu. Meskipun kamu minta maaf, tapi tetap ada bekas
lubang. Butuh waktu untuk menutup kembali lubang-lubang
itu”,kata ayahnya.
Anak itu sadar marahnya bisa membuat orang yang menjadi
sasarannya terluka hatinya. Dan tidak selalu mudah sembuh
seperti lubang bekas paku yang tak mudah tertutup.
Menunda Reaksi
Islam memerintahkan kita mengendalikan marah karena
marah itu berbuah jelek pada kehidupan seseorang. Jelek
kepada orang lain dan jelek kepada diri sendiri. Jelek pada
jasmani dan jelek pada rohani.
Wajah orang marah itu jelek. Mata melotot. Hidung
mendengus. Hilang daya tariknya. Marah itu mengeluarkan
banyak enerji. Darah tinggi naik. Jantung terganggu. Rawan
kena serangan struke. Dan sejumlah penyakit lainnya.
Seorang datang kepada Rasulullah meminta nasehat. Maka
Rasulullah memberi nasehat singkat: “La taghdlab walakal
Jannah”. Kamu jangan marah. Maka bagimu sorga”.
Sahabat itu bertanya lagi. Lalu Rasul menjawab sama.
Bertanya lagi. Jawanya sama. Maka orang itu menganggap pesan Rasulullah itu enteng. Ah ternyata cuma itu syarat
masuk sorga. Tidak marah.
Ternyata mengendalikan marah tidak mudah. Mungkin Rasul
tahu si penanya adalah tipe orang yang mudah marah. Maka
pesan itu sangat mengena. Dan bagi dia adalah pesan yang
selalu diingat. Dia harus benar-benar berjuang. Tidak mudah
mengalahkann diri sendiri. Mengalahkan emosinya.
Marah itu bisa dikendalikan antara lain menuda reakasi. Jika ada
peristiwa yang mengecewakan hati, orang cenderung memberi reaksi
cepat. Muncul kemarahan. Kalau saja dia mampu menunda reaksi itu,
boleh jadi semua akan berjalan baik-baik saja. Reakasi spontan itulah
yang membikin orang tidak bisa berkata biasa tetapi berteriak.
Menggebrak meja. Bahkan membanting barang yang ada didekatnya.
Kalau saja dia mau menunda reaksi, maka semua itu tidak akan terjadi.
Islam membimbing kita untuk menunda reaksi marah itu. Jika kita
marah sedang berdiri, maka dianjurkan duduk. Tapi yang sering
sebaliknya. Ketika sedang duduk lalu marah maka kita bediri. Berdiri
dianjurkan duduk. Bila mungkin berbaring. Semua itu adalah upaya
mengulur waktu, menunda marah. Jika masih marah maka dianjurkan
mengambil air wudu.
Filosofinya, marah itu dari setan. Setan terbuat dari apai. Maka api
bisa padam dikalahkan air. Terlepas itu, anjuran berdiri supaya duduk,
lalu berbaring, lalu mengambil air wudu membutuhkan waktu. Dengan
cara itu terjadi penundaan memberi reaksi melampiaskan marah
Marah itu manusiawi. Tiap orang bisa marah. Dan itu wajar. Justru
orang yang tidak punya rasa marah itu aneh dan tidak normal. Tetapi
bagaimana mengendalikan diri agar marah itu tidak meledak.
Bagaimana marah itu tetap dikendalikan akal sehat. Rasulullah
menyatakan orang kuat yang sebenarnya bukan orang kuat fisiknya,
kuat ototnya, menang dalam bertarung. Orang kuat adalah orang yang
sanggup mengendalikan diri ketika dia sedang marah.
ليس الشديد بالصرعة انما الشديد الذي يملك نفسه عندالغضب
Yang disebut kuat bukan kuat tenaga atau kaut fisik. Tetapi kuat
yang sebenarnya adalah kemampuan menguasai diri ketika sedang
marah (HR Al Bukahri).
Sabda Rasul ini sangat penting. Bahwa untuk bisa mengendalikan
kemarahan diperlukan kekuatan. Hanya orang-orang kuat yang
sanggup mengendalikan marahnya. Umumnya ketika orang marah
otak hampir tidak berfungsi. Emosi seakan menguasai diri. Karena itu
hanya orang yang sangat kuat yang tetap bisa mengendalikan marah
dibawah akal sehatnya.
Rasul juga pernah marah. Tetapi marah beliau sangat terkendali.
Tidak ada ucapan dan tindakan yang tidak wajar. Yang berubah hanya
wajah. Itupun tidak lama. Beliau memang luar biasa dalam
kemampuan pengendalian diri.
Karena pentingnya kemampuan mengendalikan diri ketika marah, maka
pengendalian marah itu bagian penting dari ciri orang taqwa. Disejajarkan
dengan kegemaran sedekah yang dibalas dengan sorga. Allah berfirman
dalam surat Ali Imran 133-134:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. QS. Ali Imran: 133.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali Imran: 134.
Ucapan Kasar
Luka hati bisa terjadi bukan hanya krn kemarahan tetapi karena orang
lain berkata kasar. Kalimat kasar itu melukai perasaan dan hati. Ada
orang yang kalau bicara kalimatnya kasar padahal yang dihadapi itu
orang yang lebih tua.
Kepada orang tua atau orang yang kita tuakan kita harus
bicarandengan kalimat yang mulia. Kalimat yang sopan Tidak asal
bicara.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. QS. Al Isra’ 23.
قال: من لم يرحم صغيرنا ، ويعرف حق كبيرنا، فليس منا
Siapa yg tidak menyayangi yang muda dan tidak tahu hak=hak yang lebih tua maka dia bukanari golonganku (Ahmad, Abu Dawud)
Alangkah indahnya islam. Kpda yg muda maka hrus disayangi. Dan kpd
yang lebih tua harus dipenuhi hak–haknya. Antara lain menghormati,
bersikap sopan dan bicara yang lembut tidak kasar.
Nabi musa dan nabi Harun pernah diperintah mendagangi Firaun.
Pesan Allah: bicaralah yang lembut. Boleh jadi dia sadar.
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. QS. Thoha: 43
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. QS. Thoha: 44
Tdk ada orang lebih jahat dan lebih buruk dari Firaun. Tapi Allah tatap
menyuruh nabi Musa bicara lembut. Apa lagi kita kpd sasama.
Tanda orang beiman ialah orang itu tidak menggangu orang lain dg
lidahnya dan dg prilakunya. Orang lain merasa nyaman dg lisannya
dan tangannya. Jika ada orang lain yang merasa tidak nyaman karena
terganggu lidah dan perbuatannya maka tanda orang itu belum
benar2 beriman.
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده، والمهاجر من هجرمانهي الله عنه
Orang muslim ialah yang orang lain tidak terganggu dg lisan dan
tangnnya. Orang yang hijrah ialah yang hirah dari larangan Allah (al Bukhari).
Islam sangat menekankan menjaga lisan krn lisan itu dampaknya luar
biasa kpod orang lain. Semakin tinggi jabatan seseorang semakin
besar dampak ucapannya. Semakin tinggi tingkat ketokohannya maka
semakin besar pengaruhnya kepada orang lain. Dg lisannya seorang
bisa mengobarkan semangat juang melawan musuh. Dg lisannya satu
fitnah bisa tersebar dg cepat dan menghancurkan orang lain.
Pengobat Hati Luka
Hanya ada satu cara paling ampuh mengobati hati luka karena
dimarahi orang lain atau ucapan orang lain yang kasar. Obat itu
bernama: Memaafkan Kesalahannya
Ini seperti tidak masuk akal. Orang yg telah berbuat buruk kpd kita
tiba-tiba harus dimaafkan. Enak benar! Emosi kita ingin dia mendapat
balasan setimpal bahkan lebih jelek. Baru kita lega. Memang berat.
Tapi itulah ciri orang yang bertaqwa:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai. QS. Ali Imran: 134
Ciri orangtaqwa calon penghuni sorga
1. Gemar berinfak saat ekonomi longgar atau sempit
2. Mampu mengendalikan marah
3. Memafkan kesalahan orang lain
Hamka mengatakan orang yang bersedia memafkan orang lain itu
hidupnya lapang. Ringan, tidak ada beban. Sedangkan orang yang tdk bisa
memaafkan hidupnya ada beban, hidup tidak tentram krn ada keinginan yg
belum terpenuhi. Dendam itu penyakit yang yang menggerogoti hati
sendiri. Mengapa kita biarkan penyakit merusak diri kita sendiri.
Maafkanlah dan semua akan menjadi enteng.
Dengan demikian memaafkan itu sebenarnya menguntungkan diri orang yg
memberi maaf. Bebas dari segala beban yang ada di hatinya
Kita percaya kpd Hamka karena beliau sering disakiti dan selalu
memaafkan. Termasuk memaafkan tiga tokoh besar yang menyakiti dirinya.
Tiga tokoh besar itu ialah:
1. Bung Karno (Akinya Hamka yng menshalati jenazahnya)
2. Moh. Yamin ( Akhirny Hamka yahg membimbing syahadat ketika naza’)
3. Pramoediya Ananta Toer(Akhirnya Hamka yang membimbing
menantunya masuk Islam).
lensadakwah.com
Sumber : Kajian ustad Nurcholis Huda
Penulis : Muchamad Arifin