Lensadakwah.com- Cintai Allah di atas segalanya pasti akan dimudahkan segala urusannya. Inilah salah satu kutipan khutbah yang disampaikan oleh ustad Muchamad Arifin ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rabu, 28 Juni 2023.
Khutbah yang di sampaikan di depan jamaah shalat Idul Adha di Jalan Raya Makam Peneleh Surabaya tepatnya di depan Masjid Bahagia ini telah berjalan begitu khusu’ dan tertip sekali.
Dalam khutbahnya ketua LDK PP Muhammadiyah yang akrap dipanggila ustad Arifin ini mengajak kepada para jamaah untuk melihat sebuah makna cinta yang penuh dengan pengorbanan yang telah dialami oleh kekasihNya, yaitu Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam (AS) beserta keluarganya.
Kisah Ibrahim Mencari Tuhan
Perjalalan kekasih Allah Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam dalam mencari Tuhan cukup melelahkan.
Ditengah kebingungan dan kegundahannya atas tradisi masyakarat pada saat itu yang pada menyembah patung atas perintah raja yang sangat egois, yaitu Raja Namrud, maka dengan akal sehatnya dia mencoba ingin mencoba keluar dari adat yang bertentangan dengan akal sehat.
Ia selalu bertanya dan menyelimuti isi pemikirannya. ‘Siapa sebenarnya Tuhan? Apakah Benarkah berhala itu adalah Tuhan? Atau justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah Tuhan?’. Kemudian ia melihat bulan, bintang, dan matahari, namun apalah daya ternyata benda tersebut menghilang, bukan Tuhanku dalam pemikirannya.
Perjalanan Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan terdapat dalam ayat suci Al-Quran:
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam. QS. Al An’am: 76
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. QS. Al An’am: 77
Berawal dari melihat bulan di malam hari yang menerangi malam yang gelap. Dan matahari yang menyinari di siang hari. Maka ditemukanlah Tuhan. Tuhan adalah yang menjalankan bulan, matahari dan semua yang ada di muka bumi.
Berangkan dari keyakinan dan ditemukannya Tuhan Allah swt. Maka mulailah Nabiyullah Ibrahim menjalankan dakwah tanpa kenal lelah dan takut termasuk pada raja Namrut yang terkenal egois dan raja tega.
Dakwah Nabiyullah Ibrahim dengan menyebarkan isu bahwa patung itu bukan Tuhan. Tuhan itu adalah Allah yang menciptakan alam semesta telah didengar oleh sang raja Namrud.
Bahkan raja Mamrud semakin marah luar biasa setelah mendengar patung-patung dihancurkan oleh Ibrahim. Kemarahan raja Namrud berujung pada hukuman eksekusi yang menakutkan pada saat itu yaitu hukuman bakar hidup-hidup.
Raja Namrud dan para pengikutnya telah tertawa saat melihat aksi pembakaran tersebut dan merasa sangat lega dan puas. Namun, begitu terkejutnya mereka, seketika kobaran api yang besar itu padam. Seketika Nabi Ibrahim AS keluar dari puing-puing pembakaran dan selamat tanpa ada luka sedikit pun.
Pasca peristiwa tersebut, pengikut Raja Namrud berbondong-bondong menjadi umat Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk mentaati dan semangat berjalan lurus kepada Allah swt.
Ibrahim Menyembelih Ismail
Lanjut ustad Arifin menyampaikan, bahwa ujian tidak selesai sampai dibakar hidup-hidup. Ujian Sang Pecinta Allah ini berlanjut pada perintah Allah untuk memyembelih Ismail anak yang telah ditunggu bertahun-tahun.
Kisah ini diabadikan dalam ayat Al Qur’an:
Ibrahim berkata: Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu? QS. Ash-Shafat: 102.
Bukti cintanya Kekasih Allah Ibrahim Alaihissalam kepadaNya telah teruji. Disaat Allah meminta anak kesayangan yang telah ditunggu bertahun-tahun dimintak kembali oleh Samg Maha Memiliki, maka dikasihkan dengan melaksanakan peeintahnya. Masyaallah.
Ibrahim Meninggalkan Istrinya
Kecintaan Nabiullah Ibrahim kepada Sanga Maha Pencipta bakan hanya dibuktikan pada saat dirinya rela dibakar dan perintah menyembelih anak kesayangannya Ismail, tetapi juga dibuktikan ketika harus meninggalkan istrinya Hajar dan Anaknya Ismail padang yang gersang.
Suatu hari dalam mimpinya, Nabi Ibrahim mendapat amanah dari Allah SWT untuk membawa Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi ke tempat yang asing dan tandus.
Kemudian Allah SWT menyuruh Nabi Ibrahim agar meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di As-Sham, dekat Baitullah.
Meski ujian tersebut berat, Nabi Ibrahim tetap sabar dan berbaik sangka pada Allah SWT sehingga ia mau menjalankan semua amanatnya sesuai dalam mimpi.
Perjuangan Hajar Istri Ibrqhim
Setelah sampai di tengah padang pasir yang dianjurkan Allah SWT, Nabi Ibrahim melepas Siti Hajar dan Ismail tanpa bekal yang cukup.
Ketika perbekalan Siti Hajar habis, air susunya pun kering sehingga Ismail tidak berhenti menangis karena kelaparan dan kehausan sambil sesekali kakinya menendang-nendang.
Siti Hajar pun segera mencari pertolongan. Ia berlari kecil di atas Bukit Shafa sambil berharap ada seseorang yang mau membantunya. Ia juga mendaki Bukit Marwah dengan tujuan sama mencari bantuan.
Berulang kali Siti Hajar bolak-balik berlari dari Bukit Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali. Sampai akhirnya ia mendengar seperti ada suara air mengalir di bawah kaki putranya Ismail.
Siti Hajar segera mendekati Ismail dan melihat ada air deras dan jernih yang keluar dari dalam tanah yang tandus. Ia segera membasahi tanah dengan sedikit air untuk dijadikan mangkuk atau wadah air.
Air tersebut mulai memenuhi isi wadah dan Siti Hajar berkata zam…zam…zam… yang berarti banyak, melimpah-ruah.
Sumber mata air zam-zam itulah yang menjadi bukti pertolongan Allah SWT kepada Siti Hajar dan Nabi Ismail.
Kisah perjalanan ini telah diabadikan dalam firmanNya :
Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui. QS. Al Baqarah: 158
Dari ketiga keajaiban di atas yang telah dialami oleh figur Ibrahim sebagai seorang ayah, figur Hajar sebagai seorang Ibu dan figur Ismail sebagai seorang anak atas keikhlasan dan ketulusan dalam menjalankan perintah Allah swt. Mencintai Allah diatas segalanya.
Khutbah yang diiringi ucapan kalimat takbir, tahlil dan tahmid tersebut berakhir dengan doa. Dalam doanya ketua LDK PP Muhammadiyah tersebut dengan penuh harap agar kita semua bisa meneladani Sang Pecinta Allah, yaitu Ibrahim sebagai bapak, Hajar sebagai Ibu dan Ismail sebagai anak.
Sumber : Divisi Dakwah Digital LDK PP Muhammadiyah.