Dewan Pers Ajak Media Perkuat Narasi Kerukunan di Tengah Perbedaan. Stanley Adi Prasetyo: Media Harus Jadi Penangkal Hoaks dan Konten Radikal
LENSADAKWAH.COM – Surabaya, Rabu (20/8/2025) — Dalam acara Rembuk Merah Putih yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, Stanley Adi Prasetyo dari Dewan Pers memberikan materi penting tentang peran media dalam menjaga kerukunan hidup beragama di tengah keberagaman bangsa.

Dalam paparannya, Stanley mengawali penyampaiannya dengan berbagi contoh-contoh nyata kerukunan antarumat beragama yang terjalin di berbagai daerah Indonesia, meski diwarnai keberagaman suku, agama, dan budaya. Menurutnya, keberagaman Indonesia adalah anugerah yang harus dirawat bersama, dan media memiliki peran sentral dalam memperkuat semangat persatuan.
“Indonesia dibangun atas perbedaan, dan perbedaan itulah kekuatan kita. Media harus mengambil peran penting dengan menyebarluaskan narasi kerukunan, toleransi, dan perdamaian di tengah masyarakat. Tanpa dukungan media, upaya memperkuat persatuan akan sulit tercapai,” tegas Stanley di hadapan peserta, khususnya para utusan media yang hadir.
Stanley juga menyoroti tantangan besar di era perkembangan teknologi informasi saat ini, di mana arus informasi bergerak sangat cepat dan sulit dikendalikan. Media, katanya, harus menjadi garda terdepan dalam mengontra narasi konten-konten berbahaya yang mengarah pada sikap intoleran, radikalisme, dan terorisme.
“Media jangan hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga harus mengkurasi dan memverifikasi setiap berita sebelum disebarkan. Ketika kita membiarkan konten berbahaya beredar tanpa filter, maka itu sama saja membuka ruang bagi paham radikal tumbuh subur,” jelasnya.
Selain itu, Stanley menyoroti maraknya berita hoaks yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa dan mengganggu kerukunan hidup di tengah perbedaan. Menurutnya, media sosial memiliki peran besar dalam memperkuat atau merusak kerukunan tergantung bagaimana informasi dikelola.
“Radikalisme dan terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apa pun. Semua agama mengajarkan kedamaian, saling menghormati, dan hidup rukun. Media harus menegaskan narasi ini kepada publik agar masyarakat tidak terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan,” tegas Stanley.
Dalam penutupnya, Stanley kembali mengajak seluruh insan pers dan media untuk berkolaborasi membangun ekosistem informasi yang sehat dan mendidik. Dengan begitu, media dapat berperan aktif dalam membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya toleransi, menghargai perbedaan, serta menangkal ideologi radikal yang mencoba memecah belah bangsa.
Acara Rembuk Merah Putih ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, media, akademisi, dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia yang damai, toleran, dan bebas dari paham radikal.