LENSADAKWAH.COM – Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam lolos dari semua ujian dan berakhir dengan kebahagiaan karena melakukan dua pesan sebagaimana yang terdapat dalam ayat:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. QS. Al Baqarah: 45
Hal di atas yang disampaikan Muchamad Arifin ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di depan jamaah shalat Idul Adha yang diselenggarakan oleh masjid Dakwah Pemuda di Jalan Raya Kebalen Timur Pabean Cantikan Surabaya. Senin, 17 Juni 2024.
Sabar dan shalat adalah merupakan perisai dalam menghadapi segala permasalahan hidup. Ujian diberikan oleh Allah kepada hambanya karena ingin tahu sejauh mana tingkat kesabaran hambaNya dalam menghadapi ujian.
Nilai hamba dihadapan Allah adalah sejauhmana tingkatan ketaqwaannya. Bukti ketaatan Nabiyullah Ibrahim kepada Allah telah teruji disaat dia harus memilih berhenti menyebarkan kalimat tauhid atau meneruskan dakwahnya dengan resiku hukuman mati berupa eksekusi bakar hidup-hidup.
قُلۡنَا يٰنَارُ كُوۡنِىۡ بَرۡدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبۡرٰهِيۡمَۙ
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!. QS. Al Anbiya: 69
Ujian berat lainnya yang harus diterima Nabiyullah Ibrahim adalah ketika lama tidak dikarunia anak. Tiba-tiba sidiperitahkan harus hijrah bersama anak dan istrinya Hajar dan ketika sampai pada padang gersang yang jauh dari kesuburan dengam bekal yang terbatas. Maka kemudian beranjak pergi meninggalkan anak dan istrinya dari tempat itu karena perintah Allah. Tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim ketika meninggalkan istri dan putranya di padang pasir yang tandus tanpa mata air. Beliau harus berlapang dada karena itu adalah perintah Allah
Ujian berat lainnya yang harus tetap dijalankan adalah ketika Nabiyullah Ibrahim harus menjalankan perintah Allah cukup berat dimana harus menjalnkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya Ismail.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar. QS. Ash Shafat:102
Kisah Nabiyullah Ibrahim yang mewarnai dalam khutbah Idul Adha tersebut cukup memberikan inspirasi bagi jamaah mendengarkan khutbah ketua LDK PP Muhammadiyah tersebut yang memadati sepanjang jalan Raya Pabean Timur Surabaya tersebut.
Tiga pesan sebagai penutup khutbah adalah: Sebagai bapak mari kita contoh Nabi Ibrahim dan sebagai seoarang ibu contoh Hajar serta sebagai anak contoh Ismail putra Ibrahim.