Isro’ Abdillah Hadiahkan Buku Kehidupan kepada Ketua LDK PP Muhammadiyah
LENSADAKWAH.COM. Semarang – Launching Mualaf Learning Center (MLC) Muhammadiyah yang digelar LDK PWM Jawa Tengah pada Sabtu, 13 September 2025 di RS Universitas Muhammadiyah Semarang, menjadi saksi lahirnya sebuah momen penuh haru. Di tengah suasana hangat acara, Isro’ Abdillah, salah satu peserta, maju ke depan dan menyerahkan sebuah buku kepada Ketua LDK PP Muhammadiyah, Ustadz Muchamad Arifin.

Isro’ Abdilah menggunakan kaos pemberi hadiah buku pada ketua LDK PP Muhammadiyah
Buku itu berjudul “ISRO — Anak Kayu Bakar, Visioner Lintas Usaha”. Lebih dari sekadar lembaran kisah, buku ini adalah potret nyata seorang anak kampung yang tumbuh dalam keterbatasan. Sejak kecil, Isro’ harus hidup di panti asuhan, berjalan tanpa alas kaki karena sandal jepitnya putus, hingga ikut ibunya yang hanya seorang penjual kayu bakar. Dari lorong kesederhanaan itu, lahirlah seorang pejuang yang kini berdiri sebagai pengusaha lintas bidang dengan misi sosial.
Dengan suara bergetar, Isro’ berkata, “Ustadz, buku ini saya hadiahkan bukan karena saya ingin dikenal, tapi karena saya ingin setiap mualaf, setiap anak panti, setiap orang yang merasa kecil dan tak berdaya tahu… bahwa Allah selalu punya jalan. Saya sendiri adalah buktinya.”
Ustadz Muchamad Arifin menerima buku itu dengan penuh takzim. Sesaat beliau menatap Isro’, lalu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. “Isro’, engkau bukan hanya memberi saya sebuah buku, tapi juga pelajaran berharga. Engkau telah membuktikan bahwa dakwah tidak hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan karya. Semoga perjalanan hidupmu menjadi cahaya bagi mualaf dan generasi muda di negeri ini,” ucapnya lirih, membuat ruangan hening sejenak.
Buku “Anak Kayu Bakar, Visioner Lintas Usaha” bukan hanya kisah sukses, melainkan napas panjang perjuangan. Dari mengantarkan obat dengan motor tua, membangun apotek, merintis perusahaan farmasi dan garment, hingga mendirikan lembaga pendidikan—semuanya dirajut dengan misi memberdayakan masyarakat.
Bagi yang membacanya, buku ini menghadirkan kesadaran bahwa hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, melainkan seberapa dalam kita berakar dan memberi arti. Bahwa luka bisa menjadi pintu cahaya, dan bisnis bukan hanya tentang laba, tetapi juga keberkahan.
Momen penyerahan buku itu pun menjadi simbol. Di tengah peresmian MLC, kisah Isro’ seakan menegaskan bahwa pemberdayaan mualaf tak berhenti pada pembinaan iman, tapi juga harus membuka jalan menuju kemandirian, kepercayaan diri, dan masa depan yang berdaya.
Dengan mata berkaca-kaca, Isro’ menutup ucapannya, “Saya hanya anak penjual kayu bakar. Tapi hari ini, Allah izinkan saya berdiri di sini. Saya berharap buku ini bisa menjadi penyemangat, agar siapa pun tidak menyerah pada hidup, tapi menjadikannya jalan menuju keberkahan.”