LENSADAKWAH.COM – Surabaya. Menggoreskan tinta dalam sebuah tanda tangan sejatinya bukanlah pekerjaan yang sulit. Satu tarikan garis, satu lekukan nama. Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan tanggung jawab yang amat besar—bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT.

Itulah pesan yang disampaikan Muchamad Arifin kepada media pwmu.co saat menandatangani amanah sebagai Ketua Takmir Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya, Ahad, 21 Desember 2025. Sebuah momen yang tampak sederhana, namun sarat makna spiritual dan moral.
“Tinta ini,” kira-kira demikian maknanya, “bukan sekadar hitam di atas kertas. Ia adalah saksi.” Saksi bahwa seseorang telah bersedia memikul kepercayaan umat. Saksi bahwa jabatan bukan sekadar kehormatan, melainkan janji untuk melayani, menjaga, dan menunaikan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Dalam satu goresan tanda tangan, terkandung ikrar sunyi: untuk jujur saat dilihat dan saat tak terlihat, untuk adil meski berat, dan untuk istiqamah meski godaan datang silih berganti. Amanah tidak berhenti pada kata “siap”, tetapi terus diuji dalam setiap keputusan, kebijakan, dan sikap sehari-hari.
Muchamad Arifin mengingatkan, setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. Jika manusia mungkin lupa, maka Allah SWT tidak pernah lalai. Karena itu, tanda tangan bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari pengabdian panjang—pengabdian yang menuntut keikhlasan, kesungguhan, dan ketakwaan.
Narasi ini mengajarkan kita semua: sebelum tangan menggoreskan tinta, hati harus lebih dulu siap. Siap untuk jujur, siap untuk melayani, dan siap untuk bertanggung jawab. Sebab pada akhirnya, amanah bukan tentang siapa yang dipercaya, tetapi tentang bagaimana kepercayaan itu dijaga hingga kelak dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.