LENSADAKWAH.COM. Surabaya, Rabu, 23 Juli 2025 – Udara pagi yang sejuk menyambut langkah para jamaah yang berdatangan ke Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya, untuk mengikuti kajian rutin Rabu ba’da Subuh. Kajian ini diasuh oleh Ustaz Muchamad Arifin dan senantiasa menjadi magnet spiritual bagi masyarakat sekitar, bahkan hingga dari penjuru Kota Surabaya.

Seperti biasa, kajian diawali dengan shalat Subuh berjamaah yang khusyuk dan penuh ketenangan. Suasana kebersamaan begitu terasa ketika para jamaah duduk rapi menyimak ilmu yang disampaikan.
Pada kesempatan kali ini, Ustaz Arifin mengangkat tema yang sangat mendalam: “Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi.” Dalam mukadimahnya, beliau menjelaskan tiga tahapan penting proses penciptaan manusia yang menjadi dasar pemahaman akan jati diri dan tugas kita sebagai hamba Allah.
Pertama, Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan dari tanah liat, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr: 28)
Kedua, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 1)
Ketiga, keturunan manusia berikutnya berasal dari saripati tanah yang diproses melalui sperma dan ovum:
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” (QS. As-Sajdah: 8)
Dalam inti kajian, Ustaz Arifin menekankan bahwa manusia diciptakan bukan untuk sia-sia, melainkan untuk mengemban amanah sebagai khalifah—pemelihara dan penjaga bumi, serta sebagai hamba yang senantiasa tunduk dan bersujud kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” (QS. Al-Baqarah: 30)
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Suasana keilmuan yang hangat ini ditutup dengan santapan pagi bersama yang sederhana namun sarat kebersamaan. Momen makan pagi ini mempererat ukhuwah antar jamaah yang datang dari berbagai wilayah, menjadikan kajian ini bukan hanya sebagai ruang menambah ilmu, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual antar sesama.
Masjid At-Taqwa Pogot kembali membuktikan dirinya sebagai oase rohani di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, tempat para pencari hikmah menemukan arah dan kekuatan dalam menjalani tugas hidup sebagai khalifah di muka bumi.