Meneladani Akhlak Nabi di Tengah Derasnya Arus Digital: Kajian Shubuh di Masjid At-Taqwa Surabaya Ajak Umat Berhati-hati Bermedia Sosial
LENSADAKWAH.COM. SURABAYA – Bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad saw., menjadi momentum istimewa bagi jemaah Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya. Dalam kajian rutin ba’da Shubuh pada Rabu, 3 September 2025, Ustadz Muchamad Arifin mengajak para hadirin menyelami tema penting: “Meneladani Akhlak Nabi di Tengah Tantangan Zaman”. Kajian ini begitu relevan, mengingat semakin derasnya arus informasi dan teknologi yang membentuk gaya hidup umat Islam saat ini.

Pembukaan kajian diawali dengan pemutaran video singkat tentang kisah “Tahun Gajah,” sebuah peristiwa monumental saat pasukan Raja Abrahah hendak menghancurkan Ka’bah dengan menunggang gajah. Kisah ini menjadi mukadimah yang kuat untuk menggambarkan betapa agungnya perisitiwa kelahiran Nabi Muhammad saw., sosok yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nabi Muhammad, Rahmat bagi Semesta Alam
Ustadz Arifin kemudian mengulas tiga ayat Al-Qur’an dengan pendekatan Tafsir Ibnu Katsir yang dikaitkan dengan konteks kekinian. QS. Al-Anbiya’ ayat 107 yang berbunyi, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” dijelaskan oleh Ustadz Arifin sebagai penegasan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus untuk seluruh makhluk, bukan hanya manusia. Beliau adalah rahmat yang mencegah datangnya azab pemusnahan total seperti yang menimpa umat terdahulu.
Sementara itu, QS. Al-Ahzab ayat 21 menegaskan, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” Menurut Ibnu Katsir, ayat ini memerintahkan umat Islam menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai teladan terbaik dalam segala aspek. “Ini adalah panduan bagi kita, terutama di tengah kegalauan zaman,” ujar Ustadz Arifin, “Saat kita bingung mencari contoh, kembalilah pada akhlak Nabi.”
Ayat ketiga, QS. Saba’ ayat 38, menjadi peringatan bagi orang-orang yang menentang kebenaran: “Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu dimasukkan ke dalam azab.” Ustadz Arifin menjelaskan bahwa ayat ini relevan dengan fenomena hoaks dan informasi palsu yang beredar di media sosial, di mana sebagian orang dengan sengaja menyebarkan kebohongan untuk melemahkan keimanan umat.
Gadget dan Kepatuhan: Sebuah Perbandingan Mendalam
Memasuki subtema inti, Ustadz Arifin menyoroti bahaya teknologi informasi yang kini semakin tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama melalui gadget. Beliau mengutip QS. Al-Hujurat ayat 6, yang mengingatkan untuk selalu tabayyun atau memeriksa kebenaran setiap berita. “Di era digital, kita begitu mudah menelan informasi mentah-mentah tanpa filter,” kata beliau. “Padahal, Al-Qur’an sudah mengingatkan agar kita berhati-hati, terutama saat menerima berita dari sumber yang tidak jelas.”
Di penghujung kajian, Ustadz Arifin memberikan perumpamaan yang menyentuh. “Gadget atau handphone adalah buatan manusia yang patuh kepada pemiliknya,” jelasnya. “Apa yang kita perintahkan, akan dilakukannya. Sebaliknya, kita adalah ciptaan Allah. Maka seharusnya, apa yang Allah perintahkan, kita penuhi.” Perbandingan ini menjadi pengingat kuat akan posisi manusia sebagai hamba Allah yang seharusnya patuh pada Penciptanya, bukan sebaliknya.
Karena antusiasme dan keseriusan jemaah, pembahasan ini diumumkan akan dilanjutkan pada kajian Rabu pekan depan. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya topik ini bagi umat Islam di era modern.