LENSADAKWAH.COM – Dalam kehidupan, manusia sering dihadapkan pada ujian: rezeki yang seret, kesehatan yang menurun, atau bahkan masalah dengan orang terdekat. Dalam kondisi seperti itu, pikiran negatif mudah sekali masuk—prasangka buruk kepada orang lain, menganggap hidup tidak adil, bahkan berburuk sangka kepada Allah. Padahal, Islam mengajarkan agar kita senantiasa husnuzhan (berbaik sangka) dan menjaga pikiran positif.

1. Berpikir Positif adalah Perintah Iman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkannya. Jika ia berprasangka buruk, maka ia akan mendapatkannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi dasar penting bahwa pikiran positif kepada Allah bukan hanya soal sikap mental, tetapi terkait langsung dengan keimanan.
Sebaliknya, berpikiran negatif justru akan memperberat beban hidup. Ketika hati dipenuhi prasangka buruk, yang ada hanyalah kegelisahan, kesempitan dada, bahkan menjauhkan diri dari rahmat Allah. Orang yang terus berprasangka buruk seakan-akan menutup pintu kebaikan yang sudah Allah siapkan.
2. Pikiran Positif Membawa Ketenangan
Allah ﷻ berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketika pikiran dipenuhi hal-hal negatif, hati terasa sempit dan hidup pun seolah tidak ada harapan. Namun ketika kita memilih berpikir positif—yakin Allah akan menolong, yakin ada jalan keluar, yakin ada hikmah di balik musibah—maka hati menjadi lapang dan pertolongan Allah terasa dekat.
3. Kisah Sahabat: Optimisme Abu Bakar
Kisah Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. saat hijrah ke Madinah adalah teladan optimisme. Saat mereka bersembunyi di Gua Tsur dan pasukan Quraisy begitu dekat, Abu Bakar sangat cemas. Namun Rasulullah ﷺ menenangkannya dengan kalimat penuh keyakinan:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS. At-Taubah: 40)
Ketenangan Nabi ﷺ menular kepada Abu Bakar. Dari sini kita belajar, berpikir positif kepada Allah melahirkan kekuatan luar biasa, bahkan di saat genting. Bayangkan jika Abu Bakar larut dalam ketakutan dan prasangka buruk—hatinya akan semakin tertekan. Tetapi karena keyakinan positif itulah, Allah hadirkan rahmat dan keselamatan.
4. Kisah Sahabat: Optimisme Bilal bin Rabah
Bilal r.a. adalah sahabat yang disiksa berat karena memeluk Islam. Tubuhnya dijemur di padang pasir, batu besar ditindihkan di dadanya. Namun yang keluar dari lisannya hanyalah “Ahad… Ahad…” (Allah Maha Esa). Bilal tidak pernah berpikiran negatif meskipun seakan tidak ada jalan keluar. Ia yakin Allah akan membela hamba-Nya. Dan benar, pada akhirnya Allah memuliakannya, bahkan suaranya kelak terdengar di surga menurut sabda Rasulullah ﷺ.
Seandainya Bilal berprasangka buruk dan menyerah pada keadaan, mungkin ia akan meninggalkan Islam. Tetapi dengan husnuzhan kepada Allah, ia justru mendapat kemuliaan yang abadi.
5. Kisah Sahabat: Optimisme Khabbab bin Al-Aratt
Khabbab r.a. juga mengalami penyiksaan berat. Pernah tubuhnya diseret di atas bara api hingga lemak tubuhnya memadamkan api tersebut. Namun ia tetap berkata kepada Rasulullah ﷺ dengan penuh harap: “Ya Rasulullah, tidakkah engkau memohonkan pertolongan untuk kita?” Meski dalam penderitaan, ia tetap berpikir positif, yakin Allah akan memberi kemenangan.
Dan terbukti, beberapa tahun kemudian Islam berjaya, dan para sahabat yang dulu ditindas justru menjadi pahlawan dan pemimpin dunia.
6. Hikmah dari Berpikir Positif
Dari dalil dan kisah sahabat, kita bisa menarik pelajaran:
- Pikiran positif memperkuat iman. Kita yakin Allah selalu bersama hamba-Nya.
- Pikiran positif menumbuhkan sabar. Ujian hidup tidak terasa berat karena hati percaya ada kebaikan di baliknya.
- Pikiran positif memperbaiki hubungan sosial. Kita tidak mudah berprasangka buruk, sehingga persaudaraan tetap terjaga.
- Pikiran negatif justru melemahkan iman. Ia menambah beban hidup, membuat hati sempit, dan menjauhkan dari rahmat Allah.
- Pikiran positif memberi kekuatan jiwa. Seperti Abu Bakar yang tenang di gua, atau Bilal yang tetap tegar meski disiksa.
Saudara-saudaraku, berpikir positif dalam Islam bukan sekadar optimisme kosong, melainkan keyakinan yang berakar pada iman. Seberat apa pun hidup, mari yakini bahwa Allah selalu punya rencana terbaik. Dengan pikiran positif, kita akan lebih tenang, lebih sabar, dan lebih dekat dengan Allah ﷻ. Sebaliknya, jangan biarkan pikiran negatif menguasai, karena itu hanya menambah beban dan menjauhkan kita dari rahmat-Nya.