Kajian Ba’da Maghrib di Masjid At-Taqwa Pogot: Menjadi Hamba Allah yang Sukses Bertetangga
LENSADAKWAH.COM. Surabaya – Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya, dipenuhi jamaah dalam kajian ba’da Maghrib pada Ahad, 28 Desember 2025. Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Aksar Wiyono, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kenjeran, dengan mengangkat tema “Menjadi Hamba Allah yang Sukses Bertetangga.”

Dalam muqaddimahnya, Ustadz Aksar mengawali kajian dengan mengutip firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 36, yang menegaskan perintah untuk menyembah Allah semata dan berbuat baik kepada sesama, termasuk kepada tetangga dekat dan tetangga jauh. Ayat ini menjadi dasar bahwa kesalehan seorang hamba tidak hanya tercermin dalam ibadah personal, tetapi juga dalam akhlak sosial yang nyata di tengah masyarakat.
Ustadz Aksar menekankan bahwa bertetangga merupakan medan ujian keimanan. Seseorang bisa saja rajin shalat dan ibadah lainnya, namun jika masih menyakiti tetangganya, bersikap acuh, atau tidak peduli terhadap kesulitannya, maka kesalehan tersebut perlu dipertanyakan. Menjadi hamba Allah yang sukses, menurut beliau, adalah mampu menghadirkan rasa aman, ketenteraman, dan manfaat bagi lingkungan terdekat.
Dalam penjelasannya, Ustadz Aksar juga menegaskan pentingnya ilmu sebagai pondasi amal dan akhlak. Ia mengutip pesan para ulama yang bersumber dari hadits Nabi ﷺ:
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.” (HR. al-Baihaqi)
Hadits ini, menurut Ustadz Aksar, menunjukkan bahwa ilmu adalah kunci kesuksesan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Tanpa ilmu, ibadah bisa keliru, muamalah bisa menyimpang, dan hubungan bertetangga pun rawan dipenuhi prasangka, emosi, dan konflik. Dengan ilmu, seseorang akan memahami batas hak dan kewajiban, adab bermasyarakat, serta cara bersikap bijak dalam perbedaan.
Sebagai renungan yang mendalam, Ustadz Aksar mengajak jamaah menyimak kisah Nabi Sholeh ‘alaihis salam dan kaumnya. Kaum Tsamud dikenal memiliki keahlian luar biasa dalam memahat batu dan membangun peradaban yang megah. Namun, keunggulan tersebut tidak diiringi rasa syukur dan ketaatan kepada Allah. Mereka enggan berbagi nikmat dan justru tenggelam dalam kesombongan, hingga akhirnya ditimpa bencana yang membinasakan.
Dari kisah tersebut, Ustadz Aksar menjelaskan bahwa syukur bukan sekadar ucapan lisan, melainkan diwujudkan melalui tindakan nyata. Ilmu, harta, dan keterampilan adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. Dalam konteks bertetangga, syukur diwujudkan dengan kepedulian sosial, saling menolong, serta kesiapan berbagi, baik dalam bentuk materi, tenaga, maupun perhatian.
Beliau menutup kajian dengan mengajak jamaah untuk terus menuntut ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ilmu yang benar, seorang muslim akan mampu menjaga lisannya, menahan emosinya, serta membangun hubungan bertetangga yang harmonis dan diridhai Allah SWT.
Kajian ba’da Maghrib ini berlangsung khidmat dan penuh penghayatan. Jamaah tampak mengikuti setiap penjelasan dengan antusias, menjadikannya sebagai bekal memperbaiki diri dan lingkungan. Diharapkan, kajian ini mampu melahirkan pribadi-pribadi yang tidak hanya saleh secara ritual, tetapi juga saleh secara sosial, sebagaimana hakikat menjadi hamba Allah yang sukses.