LENSADAKWAH.COM-Rabu, 4 Juni 2025 akan menjadi hari yang tak mudah dilupakan oleh 73 siswa kelas 6 SD Muhammadiyah 10 Surabaya (Mumtas). Setelah rangkaian kegiatan Haflah Akhirussanah yang khidmad dan haru pada Ahad sebelumnya, kini mereka menutup babak akhir perjalanan masa kecil mereka dengan satu kata: berkesan. Santerra de Laponte, Batu, menjadi saksi kisah indah itu.
Dengan iringan doa dan senyum haru dari halaman sekolah di Jalan Sidoyoso IX Surabaya, dua bus pariwisata membawa rombongan siswa, guru, dan orang tua menyusuri perjalanan menuju kota Apel yang sejuk. Di sanalah, kisah “Farewell Trip” bertema “Disconnecting School and Reconnecting Soul” dimulai.
Udara segar khas Batu menyambut kedatangan rombongan. Wajah-wajah ceria langsung berseri saat menjejakkan kaki di lokasi. Aula berbentuk mirip Castel menjadi tempat berkumpul pertama. Namun sebelum bermain, ada sambutan hangat dari Kepala Sekolah, M. Khoirul Anam, yang penuh makna.
“Hari ini adalah momen yang istimewa—hari di mana anak-anak tertawa bahagia. Perpisahan ini bukan hanya soal mengucap kata selamat tinggal, tapi tentang merayakan kebersamaan yang telah kita jalani,” tuturnya lirih namun dalam.

Ia mengibaratkan kegiatan outbound sebagai gambaran hidup: penuh tantangan, tetapi bisa dihadapi bersama, jika ada kekompakan dan semangat saling mendukung. “Persahabatan, kekompakan, dan semangat kebersamaan adalah bekal penting dalam menaklukkan masa depan,” tambah pria asal Lamongan itu, sekaligus anggota LDK PP Muhammadiyah.
Usai sambutan, keseruan dimulai. Bersama Tim Outbound SAR Indonesia, anak-anak bermain game dan mengikuti berbagai tantangan menyenangkan. Gelak tawa terdengar hampir tanpa jeda—terutama saat ada yang salah langkah atau lupa instruksi. Bukan celaan yang terdengar, tapi sorak semangat dan tepukan hangat dari teman-teman.
Wajah-wajah lelah namun bahagia tampak saat kegiatan outbound usai. Tapi semangat mereka belum padam. Dengan tiket terusan, mereka melanjutkan petualangan menjelajahi wahana yang ada di Santerra. Berfoto, tertawa, bermain, dan sesekali merenung di bawah langit biru Batu yang teduh.
Di antara permainan dan canda, terbesit kesadaran bahwa ini adalah hari terakhir mereka bersama dalam satu rombongan sekolah dasar. Setelah ini, langkah mereka akan berpisah, menuju SMP yang berbeda, mimpi yang beragam, dan jalan yang belum terpetakan.
Namun satu hal yang pasti: kenangan hari ini akan tertinggal dalam hati mereka, menjadi pengingat manis akan masa kecil yang penuh warna.
Langit sekolah mungkin tak lagi mendengar tawa mereka, dan lantainya tak lagi dipijak kaki-kaki kecil penuh semangat. Tapi sejarah sudah ditulis. SD Mumtas telah mencetak anak-anak hebat—generasi Qur’ani yang siap menebar cahaya di masa depan.
Selamat jalan, anak-anak Mumtas. Semoga perjalanan kalian seterusnya tak kalah indah dari hari ini. Dan semoga Santerra de Laponte Batu menjadi saksi: bahwa perpisahan tak harus menyedihkan, tapi bisa dirayakan dengan tawa, pelukan, dan semangat yang tak pernah padam.
Afuw ElKhoir