Saat menyampaikan kajian
Dalam muqaddimahnya, Ustad Nurcholis Huda dalam kajian tersebut mengkisahkan, bahwa Kyai Hadjit, bahwa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan QS Al Ashr selama tujuh bulan.
Surat Al Ashr memiliki makna penting bagi seorang Muslim. KH. Ahmad Dahlan mengajarkan kepada kelompok Bapak-bapak pada pagi pukul 07-08, mengajarkan pada kelompok Ibu-ibu pukul 08-09 dan mengajar kepada kelompok remaja dan siswa sekolah pukul 13-14.
Seandainya Al Qur’an itu yang turun hanya surat Al-Ashr saja, menurut Imam Syafi’i itu sudah cukup untuk pedoman hidup. Asalkan makna dari ayat-ayatnya direnungkan secara mendalam.
Masalahnya sebagaian besar kita hanya membaca dan menghafalnya tidak merenungkan dan mengamalkan.
Lanjut ustad Nurcholis Huda mengkisahkan, Menurut Kyai Hadjid, ada 17 kelompok ayat yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan.
17 kelompok ayat ini berisi pokok ajaran sesuai Istirakiyah Islamiyah ( Sosialisme Islam ) dengan mazhab Abu Dzar.
Abu Dzar Al Giffari, Sahabat besar penggerak hidup sederhana, tidak suka orang menjadi kaya setelah menjabat, apalagi hidup mewah.
Gerakannya menggoncang kemapanan gubernur Syria Muawiyah bin Abu Sufyan.
Tidak diterangkan dalam pengajian ini.
Pelajaran Penting dari QS. Al Ashr
والعر artinya: Demi Masa atau Demi Waktu. Kalimat Demi Masa harus dimaknai dengan perhatikam waktu atau masa.
Waktu harus diperhatikan karena kita hidup terikat waktu dan dibatasi waktu. MenurutvKH. Ahmad Dahlan manusia sering tidak menyadari hilangnya waktu. Padahal setiap detik usia manusia terus berkurang.
Manusia akan menyesal dan merasa rugi setelah menyadari semua sudah terlambat. Sedangkan waktu tidak bisa kembali.
Al Qur’an mengingatkan kepada hambanya yang beriman akan pentingnya waktu, sebagaimana dalam ayat-Nya:
والعر، والضحى، والفجر، واليل dan masih vanyak lagi ayat-ayat lainnya akam pentingnya waktu.
Orang bijak mengatakan: Jika orang kehilangan barang, maka dia kehilangan biasa. Jika orang kehilangan kesehatan, maka dia kehilangan mikiknya yang berharga. Jika orang kehilangan harapan, maka dia kehilangan segala-galanya.
Semua manusia akan mengalami kerugian ان الانسان لفى خسر Susungguhnya manusia itu dalam kerugian الاالذين امنوا وعمل اللحات kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat amal salih.
Tanpa amal salih maka keimanan seseorang dipertanyakan. Iman itu yang mengarahkan amal salih agar tujuannya hanya mengharap ridha Allah swt.
Foto jamaah sedang mengikuti kajian
Tanda Orang yang Beriman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al Hujurat: 15
Orang yang beriman adalah :
1. Beriman Kepada Allah dan Rasulnya
2. Ridak ragu pada yang diimani, yaitu 6 yang ada dalam rukun iman
3. Siap berkurban dijalan Allah dengan harta dan jiwa
KH Ahmad Dahlan selalu merenungkan apa yang terdapat dalam ayat:
افرايت من اتخذ الهه هواه Tahukah kamu orang bertuhan pada hawa nafsunya ? Bahkan beliau selalu meletakkan ayat ini di mejanya agar selalu terbaca.
Fakta orang yang bertuhan pada nafsu adalah: dorongan nafsu atau kemauan diri mengalahkan ketentuan tuhan. Tuhan dikesampingkan, diletakkan pada nomor sekian.
Orang yang bertuhan pada hawa nafsu itu mengubah statusnya dari Abdullah (Hamba Allah) menjadi Abdul yang lain. Misalnya Abdul butun, abdul fulus, abdul kursi, abdul fajri dan seterusnya. Yang semuanya itu pangkal segala kebusukan.
Kebahagiaan dunia akhirat tidak pernah di dapat bagi orang yang menuhankan hawa nafsunya.
Selanjutnya ustad Nurcholis Huda Wakil Ketua Muhammadiyah Jawa Timur periode 2015-2022 menjelaskan ayat-ayat terkait dengan iman dan amal salih.
Untuk lebih jelasnya para pembaca silahkan menyimak melalui link youtube: https://youtu.be/oPBvkroBp24
lensadakwah.com
Sumber : Kajian Ustad Nurcholis Huda
Penulus : Muchamad Arifin