LENSADAKWAH.COM.Surabaya — Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya, menggelar kajian keislaman pada Ahad ba’da Maghrib, 14 Desember 2025, yang disampaikan oleh Ustadz Muchamad Arifin. Kajian ini mengangkat tema “Saat Tak Ada yang Melihat, Allah Tetap Menyaksikan”, sebuah pengingat penting bagi jamaah bahwa seluruh kehidupan manusia senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT.

Dalam pemaparannya, Ustadz Muchamad Arifin mengawali kajian dengan membacakan QS. Ali ‘Imran ayat 5,
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi, baik di bumi maupun di langit.”
Ayat ini menegaskan bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu tanpa batas, baik yang tampak oleh mata manusia maupun yang tersembunyi di balik niat dan bisikan hati.
Untuk menguatkan makna ayat tersebut, Ustadz Arifin mengaitkannya dengan QS. Qaf ayat 16,
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Menurut beliau, ayat ini menunjukkan kedekatan Allah dengan hamba-Nya melalui ilmu dan pengawasan-Nya, sehingga tidak ada ruang bagi manusia untuk merasa luput dari perhatian Allah.
Selain itu, beliau juga mengutip QS. Al-Hadid ayat 4,
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.”
Ayat ini mengingatkan jamaah bahwa keberadaan manusia di tempat sepi, gelap, atau jauh dari pengawasan manusia tidak pernah berarti jauh dari Allah SWT.
Dalam kajian tersebut, Ustadz Arifin menekankan bahwa banyak pelanggaran dan dosa terjadi karena manusia merasa aman ketika tidak ada yang melihat. Padahal, Al-Qur’an juga menegaskan adanya pencatatan amal melalui QS. Al-Infithar ayat 10–12,
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi, yang mulia dan mencatat, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap amal, sekecil apa pun, tidak pernah luput dari catatan.
Untuk memudahkan pemahaman jamaah, Ustadz Arifin menyampaikan analogi bahwa manusia dengan keterbatasan ilmu mampu menciptakan mikroskop untuk melihat sesuatu yang tidak kasat mata. Jika manusia dapat mengawasi makhluk kecil yang tersembunyi dengan alat, maka Allah SWT—Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Mencipta—tentu lebih mampu mengawasi segala sesuatu tanpa alat dan tanpa batas.
Beliau juga mengaitkan tema kajian dengan konsep ihsan, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihat hamba-Nya. Kesadaran inilah yang akan melahirkan kejujuran, rasa malu kepada Allah, serta kekuatan untuk tetap istiqamah dalam ketaatan, baik di hadapan manusia maupun dalam kesendirian.
Kajian berlangsung dengan penuh kekhusyukan dan diikuti jamaah dengan antusias. Di akhir penyampaian, jamaah diajak untuk melakukan muhasabah diri dan memperbaiki kualitas iman serta amal. Acara ditutup dengan doa agar Allah SWT menjadikan jamaah Masjid At-Taqwa Pogot sebagai hamba-hamba yang selalu merasa diawasi-Nya, sehingga mampu menjaga iman, amal, dan akhlak dalam setiap keadaan.