Berangkat dari aduan beberapa ranting ketika mengisi kajian di daerah-daerah, maka saya tulis pikiran saya.
Lensadakwah.com – Ranting di dalam organisasi Muhammadiyah merupakan struktur yang paling bawah, karena ranting merupakan kepengurusan yang dibentuk di level paling bawah yang ada di wilayah kelurahan atau desa atau kampung.
Ranting yang merupakan akar tunjang dalam pohon Muhammadiyah harus tetap kokoh bahkan harus semakin mendalam. Bagaimana caranya? Nah ini yang harus kita pikirkan bersama sebagai kader maupun pengurus Muhammadiyah.
Musyawah ranting yang disebut dengan musyran ini nampak sepi dari calon pengurus secara mayoritas karena para kader inginnya meloncat level yang lebih tinggi sehingga Muhammadiyah ditingkat ranting kesulitan cari calon. Inilah masalah yang sering dikeluhkan para pengurus ranting.
Kondisi kekosongan calon ranting Muhammadiyah tidak boleh terjadi kalau Muhammadiyah ingin menjadi organisasi kokoh tak tertandingi.
Ranting Muhammadiyah Rapoh ?
Rapohnya kondisi ranting di struktur Muhammadiyah seperti ini tidak boleh dibiarkan. Para kader tolong tidak keburu meloncat dulu kelevel yang lebih atas agar kepengurusan ditingkat paling bawah ini tetap hidup.
Sulitnya membumikan kajian dikampung-kampung ditingkat ranting salah satu faktornya karena kurangnya kepengurusan ranting di struktur Muhammadiyah yang paling bawah ini.
Para pengurus ranting tidak sedikit yang kerepotan dalam melaksanakan kegiatan karena para kader dari organisasi otonom dalam memulai kiprahnya di Muhammadiyah inginnya langsung di kepengurusan yang lebih atas.
Melalui tulisan yang sederhana ini, penulis mengajak kepada semua para kader Muhammadiyah untuk bersabar untuk tidak segera meloncat ke level lebih atas. Menjadilah kader yang matang dengan mengabdi terlebih dahulu di tingkat yang paling bawah, yaitu ranting.
Penulis: Muchamad Arifin
Penulis adalah ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.