LENSADAKWAH.COM – Ada dua orang bersaudara yang bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Dua saudara ini, yang satu sudah menikah dan mempunyai beberapa anak, sedang yang satunya masih lajang. Keduanya setiap hari bekerja keras mulai pagi sampai senja dan hasil kerja kerasnya oleh mereka di bagi berdua sama rata.
Pada suatu hari, saudara yang masih bujangan ini sedang berpikir, “ rasanya tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh, aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit, sedangkan saudaraku mempunyai seorang istri dan beberapa anak, tentu kebutuhan hidup mereka sangat banyak.” Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan secara diam-diam menaruhnya di lumbung milik saudaranya.
Sementara itu, saudaranya yang sudah berkeluarga juga berpikir dalam hatinya, “ Tidaklah adil rasanya jika kami membagi rata semua yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti, sedangkan adikku tidak memiliki siapa pun dan tidak akan peduli padanya di masa tuanya nanti. “ karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan meletakkannya di lumbung milik saudara satu-satunya.
Setelah bertahun tahun kedua saudara itu menyimpan rahasia masing-masing. Sementara padi mereka Sesungguhnya tak pernah berkurang. Hingga pada suatu malam keduanya di pertemukan oleh Allah, mereka pun saling berpandangan, dan saat itulah mereka baru tahu apa yang mereka lakukan selama ini, mereka berdua berpelukan dan menangis haru oleh suasana kasih sayang di antara keduanya. (sember : www.menjelajahduniabaru.blogspot.com)
Prasangka baik atau yang di kenal dengan istilah “ khusnudzon “ adalah sikap netral dan cara pandang seseorang yang membuatnya melihat sesuatu secara positif. Lawanya khusnudzon adalah su’udzan (berburuk sangka). Khusnudzan dan Su’udzan itu ada dua. Khusnudzan dan Su’udzan Kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia.
khusnudzon kepada Allah berarti berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah. Sedangkan kalau khusnudzon kepada sesama manusia adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau bersikap apriori.
Dari kisah di atas kita bisa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. kedua saudara tersebut saling berkhusnudzan, dari sikap ini lahirlah sifat kasih sayang dan berbuah saling memberi dan pada akhirnya ikatan persaudaraan diantaranya menjadi semakin kuat.
Kita bisa membayangkan andaikan kedua saudara tersebut mempunyai sikap su’udzan (saling berburuk sangka ) maka akan lahir kedengkian, saling menjatuhkan dan pada akhirnya hubungan persaudaraan bisa terputus.
Berprasangka baik tidak mengenal jarak dan waktu. khusnudzan akan melahirkan kebiasaan baik, dan sebaliknya berprasangka buruk akan melemahkan kekuatan, berprasangka baik akan berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kondisi kejiwaan. Prasangka baik akan melahirkan kenyataan yang akan meluas dan menyebar menjadi kebaikan.
Berprasangka baik akan melahirkan sikap optimis, bijak, dan dewasa dalam menghadapi setiap problem kehidupan. Allahpun akan mengulurkan pertolongan kepada hambanya yang di penuhi dengan prasangka baik dan berpikir baik.
Dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad “ Saya dalam prasangkaan hambaku, maka berprasangkalah kepadaku sekehendaknya. Demikian pula Allah berfirman dalam hadits Qudsinya “ Aku sesuai dengan prasangka hambaku.
Jika seseorang berprasangka baik dan berpikir positif kepada Allah SWT, Allah pun akan mewujudkan hal-hal baik dan positif kepada kita. Sebaliknya, jika kita berprasangka buruk, berpikir negatif kepada Allah SWT, Allah pun akan sesuai dengan prasangka hambanya kepadaNya. perwujudan husnudzan kepada Allah adalah bersyukur atas semua nikmat dan bersabar atas semua ujian.
Dengan berprasangka baik, berarti selalu membuka jalan untuk mengingat Allah. Kekuatan yang besar yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengubah dunia adalah dengan mengubah sudut pandang (paradigma) kita secara positif terhadap alam semesta dan sesama manusia.
Dalam hidup yang kita jalani tak lepas dari hal-hal yang kurang menyenangkan, terkena musibah, dompet hilang, anak sakit, tiba-tiba di omelin sama orang dan lain-lain, disamping kita berusaha menjadi pribadi yang baik, berdoa’a kepada Allah dengan meminta kebaikan (sebagaimana doa sapu jagat), juga kita lahirkan sikap Khusnudzan atas segala kejadian tersebut.
Kita tetap sadar, jika suatu saat menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. maka sesungguhnya Allah sedang memberikan belaian kasih sayang. Sama halnya jika kita sedang sedih biasanya orang akan menghibur kita dengan membelai punggung kita serta mengucapkan “ yang sabar ya..” dalam Alqur’an disebutkan bahwa Allah akan memberikan seseorang itu berupa adzab, teguran, cobaan atau ujian. Sesungguhnya kamu akan di uji dengan kebaikan dan keburukan yang demikian itu baik untuk kamu”.
Karena itu, jika kita di uji sakit maka kita bersyukur karena Allah itu berati Allah telah membelai kita, memberi kesempatan untuk istirahat, dengan sakit kita lebih mengingat Allah. Jika dompet kita hilang itu berarti di tegur oleh Allah jangan-jangan kita termasuk orang yang jarang bersedekah. Maka setelah itu kita menjadi orang yang rajin sedekah. Karena dengan sedekah sesearang akan di jauhkan dari malapetaka.
Dengan berkhusnudzan, maka kita dapat mengusir perasaan terjepit, melesatkan harapan saat menemukan kebuntuhan serta menjemput pertolongan Allah ketika ujian dan cobaan silih berganti datang menghadang. “Wallahu ‘alamu bish-shawab”.
Pencerahan :
Dengan berkhusnudzan akan menjadi stamina hati, larutan penyegar jiwa yang membuka jalan kebaikan.