LENSADAKWAH.COM – Kajian rutin ba,da Shubuh Rabu, 30 Apri 2025 di Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya yang diasuh oleh ustad Muchamad Arifin mengangkat tema Resep Al-Qur’an Menjadikan Hidup Lebuh Bahagia.

Dalam ceramahnya panggilan ustad Arifin ini menyampaikan, bahwa Setiap manusia mendambakan kebahagiaan. Kita mencarinya ke mana-mana—di tumpukan harta, jabatan yang tinggi, pujian dari manusia, atau pencapaian yang gemilang. Namun sering kali, setelah semua itu digenggam, hati tetap merasa kosong. Ada kehampaan yang tak mampu diisi oleh dunia, seolah ada sesuatu yang hilang.
Al-Qur’an sejak lama telah memberi kita resep sederhana tapi sangat mendalam: kebahagiaan sejati hanya akan lahir dari hati yang dekat dengan Allah. Firman-Nya dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 begitu menenangkan, “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” Di tengah hiruk pikuk dunia, hanya zikir, doa, dan kedekatan dengan Sang Pencipta yang mampu memberi keteduhan yang sejati.
Namun, hidup bukan hanya tentang mencari tenang di kala senang. Dalam hidup ada saat-saat sulit, hari-hari berat, dan ujian yang tak terduga. Di sinilah sabar menjadi pakaian terbaik bagi jiwa. Allah tidak menjanjikan hidup tanpa cobaan, tetapi Ia menjanjikan kabar gembira bagi mereka yang bersabar. “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,” demikian firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 155. Orang yang bersabar bukanlah yang tak pernah menangis, melainkan yang tetap percaya pada kasih sayang Allah di tengah tangisnya.
Di samping sabar, rasa syukur pun menjadi kunci penting dalam hidup. Orang yang bersyukur tak pernah merasa kekurangan, meski dunia tak memberinya banyak. Ia melihat hidup dari kacamata cukup, bukan kekurangan. Allah berjanji, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim: 7). Nikmat itu bukan selalu dalam bentuk harta, tapi bisa berupa ketenangan, kasih sayang, atau rezeki yang datang dari arah yang tak disangka.
Dan saat usaha telah dilakukan, kita diajarkan untuk bertawakal. Menyerahkan hasil kepada Allah dengan sepenuh kepercayaan. “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya,” demikian ditegaskan dalam surah At-Talaq ayat 3. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi percaya bahwa hasil terbaik selalu datang dari Allah, meski terkadang berbeda dari yang kita harapkan.
Kebahagiaan juga tumbuh saat kita berhenti berpusat pada diri sendiri dan mulai memberi. Dalam Al-Qur’an, Allah memuji orang-orang yang tidak hanya berbuat baik, tetapi juga rela berbagi dari apa yang mereka cintai. “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan” (QS. Al-Insan: 8). Dalam memberi, ada kepuasan hati yang tak bisa dijelaskan. Karena sejatinya, manusia diciptakan untuk mencintai kebaikan, dan saat kita melakukannya, jiwa kita merasa lebih hidup.
Begitulah Al-Qur’an, bukan hanya kitab suci yang dibaca untuk ibadah, tetapi juga petunjuk hidup yang mengajarkan kita cara merasa cukup, tenang, kuat, dan bahagia. Siapa pun yang menjadikannya teman dalam perjalanan hidup, akan merasakan cahaya yang menuntun, bahkan di tengah gelapnya ujian.
Bahagia bukan lagi hal yang jauh, bukan pula milik mereka yang punya segalanya, tapi milik siapa saja yang rela kembali pada petunjuk-Nya. Maka mari kita hidup bersama Al-Qur’an, bukan hanya untuk dibaca, tapi juga dijalani dan dirasakan.