Lensadakwah.com – Kajian Rabu Ba’da Shubuh yang diasuh oleh ustad Nurcholis Huda di Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya, 28 Desember 2022 masih membahas materi lanjutan dari kajian Rabu pekan sebelumnya, yaitu “Kearifan Keluarga Lukmanul Hakim yang diabadikan dalam Al-Qur’an”.
Ustad Nurcholis Huda
Dalam setiap keluarga memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Sehingga bisa jadi dalam satu keluarga memiliki keyakinan yang tidak sama.
Bagi seorang Muslim saling toleran dalam hidup berdampingan itu sudah diatur, sehingga meskipun berbeda keyakinan tetap harus dihormatinya.
Dalam urusan dunia sebagai seorang Muslim siap kerjasama dengan siapa saja termasuk beda agama. Tetapi dalam urusan agama memiliki prinsip sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al Kafirun pada ayat terakhir, yaitu: Bagimu Agamamu dan Bagiku Agamaku.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. QS. Lukman :15.
Dalam Islam sungguh sangat tegas dan juga toleran, saling menghormati. Sebagaimana ayat di atas ketika orang tua mengajak kepada kemusyrikan, maka wajib menolaknya tetapi kita tetap wajib berbuat baik kepadanya.
Lanjut ustad Nurcholis menyampaikan, bahwa kita sering kali memdengar bahwa semua agama benar mengajarkan tentang kebaikan. Kalimat ini sekilas benar, tetapi sesungguhnya kurang tepat. Kenapa ? Karena yang kelihatan sama itu soal urusan sehari-hari, muamalat sedangkan urusan akidah, ibadah ada yang sama tetapi ada yang beda.
Dalam urusan muamalat Islam telah mengatur sangat rinci sekali, termasuk urisan waris yang tidak diatur oleh agama lain.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. QS. Lukman: 16.
Dialog lukman sebagaimana diabadikan dalam ayat tersebut di atas sungguh luar biasa. Pesan seorang ayah pentingnya untuk hati- hati dalam berbuat, karena Allah mengetahui sekecil apapun termasuk kecilnya biji sawi.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ