LENSADAKWAH.COM – Pamekasan, Sabtu (4/1/2025) – Dalam suasana yang tenang di Masjid Baiturrahim, Jalan Stadion Gang 5, Barurambat, Pamekasan, kajian rutin kembali digelar dengan penuh kehangatan. Acara ini dihadiri oleh jamaah setempat, tetangga sekitar, dan para tokoh masyarakat, termasuk Ketua Takmir Masjid. Ustadz Ach Fawaid, S.Hum., Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Muhammadiyah Pamekasan, memimpin kajian dengan tema yang sangat relevan, “Jangan Berpecah Belah Antar Umat Islam.”
Mengawali ceramahnya, Ustadz Fawaid membacakan firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.”
Ayat ini, menurut Ustadz Fawaid, adalah pedoman yang harus menjadi prinsip utama umat Islam. “Islam mengajarkan kita untuk hidup bersatu di bawah tali agama Allah. Perpecahan hanya akan melemahkan kekuatan kita sebagai umat. Sebaliknya, dengan persatuan, kita mampu menghadapi tantangan apa pun,” tuturnya dengan penuh semangat.
Beliau melanjutkan dengan menegaskan bahwa tugas utama seorang muslim adalah menyebarkan risalah Islam dengan kelembutan, bukan menghakimi apalagi mengkafirkan saudara seiman. “Dakwah adalah panggilan mulia untuk mengajak orang kepada kebenaran, bukan untuk menjatuhkan. Kita tidak diberi kewenangan untuk mengkafirkan, tetapi diperintahkan untuk mengislamkan dengan cinta,” ujarnya.
Dalam ceramahnya, Ustadz Fawaid juga mengutip Surah An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
Ayat ini, kata beliau, menunjukkan bahwa dalam menyampaikan dakwah, umat Islam harus menggunakan pendekatan yang lembut dan bijaksana. Beliau mengisahkan teladan Nabi Musa ketika diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahi Firaun. “Nabi Musa, yang memiliki kedudukan mulia, diperintahkan untuk berbicara dengan lemah lembut kepada Firaun, seorang yang dikenal sangat zalim. Ini menunjukkan betapa pentingnya kelembutan dalam menyentuh hati manusia,” jelasnya.
Lebih jauh, Ustadz Fawaid mengingatkan bahwa dakwah bukan hanya soal menyampaikan ajaran, tetapi juga soal menanamkan nilai-nilai kasih sayang. “Tugas kita adalah mengajak, bukan mengejek; merangkul, bukan memukul; mencintai, bukan menyakiti,” tuturnya. Dalam dakwah, sikap menghormati dan memahami kondisi orang yang diajak menjadi kunci utama keberhasilan.
Beliau juga menyoroti fenomena perpecahan yang kerap terjadi di tengah umat Islam akibat perbedaan pandangan. “Perpecahan adalah celah yang selalu dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk melemahkan kita. Ketika kita sibuk saling menyalahkan, kita kehilangan kekuatan untuk membangun peradaban yang mulia,” tegasnya.
Menurut Ustadz Fawaid, umat Islam perlu belajar untuk melihat perbedaan sebagai rahmat dan menjadikannya peluang untuk saling melengkapi. Ia menekankan pentingnya saling menghormati, berdialog dengan bijak, dan menghindari perselisihan yang tidak perlu. “Perbedaan adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai menjadi alasan untuk saling bermusuhan,” tambahnya.
Sebagai penutup, Ustadz Fawaid mengajak jamaah untuk merenungkan kembali tanggung jawab mereka sebagai umat Islam. “Mari kita jadikan dakwah sebagai ladang amal yang penuh berkah dengan menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Jadilah seperti mata air yang memberikan kesejukan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa membedakan siapa mereka,” ujarnya penuh harap.
Dengan kajian ini, diharapkan umat Islam semakin memahami bahwa dakwah adalah tugas suci yang harus dilaksanakan dengan kelembutan dan cinta. Persatuan adalah kekuatan, dan menjaga ukhuwah Islamiah adalah bagian dari ibadah yang akan memperkokoh keimanan serta memperindah keberagamaan.
editor: Muchamad Arifin