Perempuan Banyuwangi Bergerak: Cerdas Bermedia, Menyemai Toleransi, Menangkal Radikalisme
Banyuwangi, 8 November 2025 — Suasana penuh semangat dan kebersamaan terasa di Pondok Pesantren Darunnajah Banyuwangi saat ratusan tokoh perempuan, pendidik, dan pegiat anak menghadiri kegiatan Sosialisasi Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme, yang digelar oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur.

Kegiatan ini diawali dan dibuka secara resmi oleh Ketua FKPT Jawa Timur, Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag. Dalam sambutannya, Prof. Husniyatus menegaskan bahwa peran perempuan dan ibu memiliki posisi strategis dalam menjaga keluarga dari pengaruh intoleransi serta menjadi benteng pertama dalam pencegahan radikalisme.
“Perempuan bukan hanya pendamping, tetapi juga pendidik bangsa. Dari tangan-tangan lembut ibu, lahirlah generasi yang berkarakter dan cinta damai. Karena itu, menjaga keluarga dari paham kebencian adalah bagian dari jihad kebangsaan,” ujar Prof. Husniyatus dengan penuh makna.
Beliau juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan dalam memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di tengah derasnya arus informasi dan perubahan zaman.
Acara berlangsung hangat dan interaktif, dipandu oleh Risma Savhira Dwi Lestari, S.E., M.S.E.I, Kabid Media FKPT Jawa Timur, yang dengan gaya komunikatifnya mampu menciptakan suasana yang akrab dan menggugah semangat peserta untuk aktif berdiskusi.
Sesi pertama diisi oleh Dra. Hj. Faridatul Hanum, M.Kom.I, narasumber FKPT Jawa Timur yang dikenal luas dengan kepeduliannya terhadap pemberdayaan perempuan. Dalam paparannya, Nyai Farida menyoroti pentingnya peran ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anak, terutama dalam menanamkan nilai toleransi dan kasih sayang di tengah keluarga.
“Radikalisme sering kali berawal dari sikap tertutup dan mudah curiga terhadap perbedaan. Ibu memiliki peran penting untuk menanamkan sikap terbuka, lembut, dan penuh kasih, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang damai,” ungkapnya dengan suara tenang namun menyentuh.
Sesi berikutnya dibawakan oleh Muchamad Arifin, M.Pd.I, Kabid Penelitian dan Pengkajian FKPT Jawa Timur, yang juga dikenal sebagai Instruktur Nasional Moderasi Beragama Kementerian Agama RI.
Dalam materinya bertema “Cerdas Bermedia di Era Digital”, Arifin mengajak para peserta untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak dan selektif dalam menerima informasi.
“Gadget itu seperti pisau bermata dua. Ia bisa jadi sumber ilmu, tapi juga bisa menjerumuskan jika kita tidak cerdas dalam menggunakannya,” tutur Arifin diiringi tawa ringan peserta.
Suasana kegiatan terasa cair dan penuh keceriaan. Banyak peserta yang tersenyum dan tertawa, karena penyampaian materi diselingi contoh-contoh aktual dan edukatif. Namun suasana berubah hening ketika ditayangkan testimoni mantan pelaku terorisme, yang mengisahkan bagaimana radikalisme sering menyusup lewat media sosial dan komunitas daring. Tayangan tersebut membuka kesadaran banyak peserta akan pentingnya peran keluarga dalam menjaga anak-anak dari pengaruh buruk dunia digital.
Moderator Risma Savhira menutup kegiatan dengan pesan yang menyentuh hati:
“Pencegahan radikalisme bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab kita semua. Dari rumah, dari cara kita mendidik anak, dan dari tutur lembut para ibu yang mencintai kedamaian.”
Kegiatan sosialisasi ini menjadi momentum berharga bagi masyarakat Banyuwangi untuk terus menanamkan semangat kebangsaan dan memperkuat ketahanan keluarga di era digital. Dari Pondok Darunnajah, pesan damai itu menggema:
“Cerdas bermedia, menebar kasih, menjaga keluarga, dan merawat Indonesia.”