“Dari Surabaya Menuju Jogja: Merenungi Masjid di Ujung Negeri”. Jumat, 11 Juli 2025
LENSADAKWAH.COM – Hari ini, saya harus berangkat dari Surabaya menuju Yogyakarta, memenuhi undangan Workshop Pengelolaan Masjid di Daerah 3T yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Tabligh Institut Jogjakarta. Saya hadir bukan sekadar sebagai peserta, tetapi diamanahi menjadi narasumber untuk membagikan pemikiran tentang realitas masjid-masjid di wilayah 3T—Tertinggal, Terdepan, dan Terluar.

Sepanjang perjalanan dengan kereta, sembari memandang ke luar jendela yang dihiasi pemandangan sawah dan pegunungan, hati saya tak henti merenung. Di sela-sela suara rel yang beradu dengan roda besi, saya membuka catatan, dan menuliskan narasi ini.
Masjid-masjid di daerah 3T adalah saksi diam dari perjuangan umat Islam di tengah keterbatasan. Tak banyak yang tahu betapa masjid di sana tetap berdiri, walau jauh dari gemerlap, sunyi dari perhatian, dan minim fasilitas. Tak ada AC, tak ada karpet tebal, bahkan terkadang hanya beratap seng dan beralas tanah. Tapi justru di tempat-tempat seperti itulah, masjid menjadi tempat bernaung lahir dan batin.
Saya merenung, bahwa tugas dai di daerah 3T tidak boleh disederhanakan hanya sebatas menyampaikan ceramah. Tugas dakwah harus dimaknai lebih luas: hadir di tengah masyarakat, mendengarkan keluh mereka, merasakan susahnya mereka, dan ikut membantu mencari jalan keluar. Sentuhan tangan, perhatian tulus, dan kehadiran yang konsisten—itulah yang dibutuhkan.
Maka hari ini, saya tidak berjalan sendiri. Saya selaku ketua LDK PP Muhammadiyah bersama saudara-saudara seperjuangan dari Majelis Tabligh, LPCR, dan Lazismu. Kami hadir untuk satu tujuan: menyatukan tekad, merumuskan strategi, dan menguatkan peran masjid di ujung negeri. Semoga ikhtiar ini menjadi bagian kecil dari cahaya dakwah yang terus menyala hingga ke batas terjauh nusantara.
Karena sejatinya, dari masjidlah peradaban dibangun. Dan dari masjid jugalah harapan kembali disemai, meski dari tempat yang paling sunyi sekalipun.