LENSADAKWAH.COM. Magetan — Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan intoleransi dan radikalisme di Kabupaten Magetan. Acara yang berlangsung siang hari ini dipandu dengan sangat apik oleh Muchamad Arifin, Kepala Bidang Pengkajian dan Penelitian FKPT Jawa Timur, sebagai moderator. Dengan gaya komunikasinya yang hangat dan interaktif, Muchamad Arifin berhasil membuat suasana acara berjalan lancar, hidup, dan penuh semangat hingga penutupan.

Dalam kegiatan ini, hadir dua pemateri utama yang memberikan wawasan penting bagi peserta, khususnya para pemuda, tentang peran media dan budaya lokal dalam mencegah berkembangnya paham radikal dan intoleransi.
Media Harus Menjadi Ruang yang Menyejukkan
Pemateri pertama, Kolonel (Sus) Harianto, S.Pd., M.Pd., Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT RI, menegaskan pentingnya peran media dalam membangun narasi positif di tengah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, media memiliki posisi strategis dalam menciptakan ketenangan sosial dan menjaga harmoni kebangsaan.
“Media tidak boleh menjadi penyebar kebencian, tetapi harus menjadi ruang yang menyejukkan dan memberikan rasa nyaman bagi pembacanya,” jelas Kolonel Harianto. Ia menambahkan, keberagaman di Indonesia adalah sebuah kekuatan, sehingga media diharapkan dapat menjadi jembatan persaudaraan dan bukan alat pemecah belah.
Kolonel Harianto juga mengajak para peserta, khususnya generasi muda, untuk cerdas dalam memilih dan menyebarkan informasi. Arus informasi digital yang begitu deras kerap dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk menyebarkan paham ekstrem, sehingga literasi media menjadi salah satu benteng utama menghadapi ancaman tersebut.
Budaya Lokal Sebagai Benteng Radikalisme
Pemateri kedua, Raden Arie Mahendra Ardiatha, S.Kom., Kepala Bidang Pemuda dan Pendidikan FKPT Jawa Timur, menyoroti pentingnya budaya lokal sebagai tameng sosial untuk menangkal penyebaran paham radikal. Menurutnya, ketika budaya lokal dijaga dan dilestarikan, maka nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan toleransi akan tumbuh dengan sendirinya.
“Pemuda jangan hanya menjadi penonton. Jadilah duta pencegahan di lingkungan masing-masing,” tegas Raden Arie. Ia mendorong para pemuda untuk aktif menghidupkan tradisi dan budaya agar ruang sosial masyarakat tidak diisi dengan narasi-narasi ekstrem yang memecah belah.
Ia mencontohkan berbagai kearifan lokal di Magetan dan sekitarnya yang bisa dijadikan benteng melawan paham radikal, di antaranya:
- Tradisi Larung Sesaji Telaga Sarangan, yang melibatkan masyarakat dan pemuda dalam gotong royong mempersiapkan acara, menjaga kebersihan, dan menyambut wisatawan.
- Batik Pring Magetan, yang kini dikelola komunitas pemuda kreatif untuk menjaga warisan budaya sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
- Sedekah Bumi dan Bersih Desa, yang rutin dilaksanakan dan menjadi ajang memperkuat persaudaraan lintas generasi.
- Kesenian rakyat seperti reog, jaranan, dan campursari, yang dapat dijadikan media kampanye perdamaian melalui festival budaya pemuda.
Menurutnya, pemuda adalah agen perubahan yang memiliki peran penting bukan hanya dalam menjaga budaya, tetapi juga menghidupkan ruang digital dengan narasi positif. Di era informasi cepat, pemuda perlu dibekali literasi digital, kemampuan cek fakta, dan keberanian melawan konten bermuatan kebencian.
Semangat Kolaborasi dan Harapan
Di akhir acara, kedua pemateri menegaskan bahwa media, budaya, dan pemuda adalah tiga pilar penting dalam mencegah penyebaran radikalisme. Dengan peran aktif pemuda dalam menjaga budaya dan kecerdasan masyarakat dalam menggunakan media, maka ruang bagi paham intoleran akan semakin sempit.
Moderator acara, Muchamad Arifin, menutup kegiatan dengan penuh semangat, mengapresiasi antusiasme para peserta, dan mengajak semua pihak untuk terus bersinergi menjaga keberagaman sebagai kekuatan bangsa.
“Mari kita isi ruang sosial dan ruang digital dengan narasi damai, persaudaraan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Kalau budaya hidup dan media sehat, maka radikalisme tidak akan punya tempat,” pungkasnya.
Acara berjalan lancar, penuh keakraban, dan meninggalkan pesan kuat bagi para pemuda Magetan untuk bersatu menjaga budaya dan melawan radikalisme.