LENSADAKWAH.COM – Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menhadiri pelaksanana bimbingan teknis dai komunitas yang diselenggarakan oleh LDK PWM Sulawesi Selatan. Senin, 23 September 2024.
Pembukaan bimtek dai komunitas bertempat di Pusdiklat Muhammadiyah Kalbar ini dihadiri oleh ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai Dr. Saad Ibrahim, MA., ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Prof. Dr. Ambo Asse, rektor Universitas Muhammadiyah Makasar Dr. Abd Rakhim Nanda serta ketua LDK PP Muhammadiyah Muchamad Arifin.
Ketua LDK PWM Sulawesi Selatan Dr. Usman Jasad, M.Pd dalam sambutannya menyampaikan terimaksih kepada PP Muhammadiyah, PWM Sulsel, rektor Unismu Makasar serta LDK PP Muhammadiyah yang mendukung penuh terselenggaranya bimtek dai komitas ini sehingga acara berjalan dengan baik.
Ujas panggilan akrap ketua LDK PWM Sulsel melaporkan dalam sambutannya bahwa sebelum kegiatan malam hari ini, maka sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan serupa yang diikuti oleh 50 dai dengan berhasil membentuk korp yang diberi nama Korp Dai Komunitas yang singkat dengan sebutan Kadak.
Bimtek yang diikuti 25 pesertanya ini merupakan utusan dari para dai yang sudah memiliki binaan komunitas diberbagai tempat. Melihat laporan ketua LDK PWM Sulsel tersebut, maka ketua LDK PP Muhammadiyah memberikan apresiasi yang disampaikan dalam sambutannya.
Dalam sambutan ketua LDK PP Muhammadiyah memaparkan sejarah dakwah komunitas di Muhammadiyah. Bahwa dakwah di komunitas sudah dilakukan sejak awal berdirinya Muhamamdiyah oleh Kyai Ahmad Dahlan, bahkan sebelum mendirikan Muhammadiyah Kyai Ahmad Dahlan sudah melakukannya.
Kyai Ahmad Dahlan selaku pendiri dan perintis Muhammadiyah banyak memelopori usaha-usaha pembinaan komunitas atau jamaah di masyarakat. Di antaranya membentuk dan membina kelompok pengajian seperti Wal Ashri, Fathul Asrar Miftahu Sa’adah, Nurul Iman, dan lain-lain.
Dalam strategi dakwahnya, Muhammadiyah membagi ke dalam tiga bentuk: sasaran utama, sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran utama adalah seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah, dan sasaran umum adalah seluruh kaum muslimin dan muslimat. Sedangkan sasaran khusus adalah kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik khusus.
Seiring berjalannya waktu, tepat pada Muktamar Muhammadiyah ke-39 di Padang 1974, dengan tegas dan jelas, Muhammadiyah mendeklarasikan konsep Dakwah Masa Kini. Pada masa itu, konsep dakwah ini bertujuan untuk mengantisipasi arus modernisasi yang begitu cepat berkembang di Indonesia yang membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan kemajuan Islam dan umatnya.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo 1985 dibentuklah Lembaga Dakwah Khusus (LDK). Kata khusus menggambarkan bahwa program dakwah yang diselenggarakan oleh LDK tertuju kepada segmen sosial tertentu, yaitu dakwah untuk daerah pedalaman dan suku-suku terasing.
Namun pada perjalanannya, dengan beberapa pertimbangan, LDK digabung ke dalam Majelis Tabligh sehingga nama majelis tersebut berubah menjadi Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK)
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar 2015, diputuskan pemisahan kembali dakwah khusus dari MTDK sehingga dibentuk kembali Lembaga Dakwah Khusus (LDK). Dalam Tanfidz Muktamar ke-47 tersebut ditegaskan tentang leading sektor yang menggawangi berbagai komunitas sasaran dakwah yang dirumuskan pada Muktamar tersebut. Disebutkan bahwa LDK diberi amanah (leading sektor) untuk berdakwah pada komunitas kalangan atas, komunitas kalangan bawah, komunitas kalangan menengah, dan komunitas dunia virtual.
Berakhir pada muktamar ke 48 di Surakarta, maka Lembaga Dakwah Khusus disepakati bersama dirubah dengan nama Lembaga Dakwah Komunitas dengan singkatan yang sama, yaitu LDK.
Kisah-kisah perjalanan dakwah di komunitas menjadi cerita menarik sebagaimana disampaikan dalam sambutan ketua LDK PP Muhammadiyah dalam pembukaan bimtek dai komunitas di Sulsel. Salah satunya adalah pengalaman mendapatkan hadiah ciuman dari waria ketika melaksanakan tugas dajwah di komunitas waria. Geerrrr sambut ketawa peserta. UMA