Lensadakwah.com – Isu-isu keumatan dan kebangsaan menjadi pembahasan dalam kajian Ahad, 18 Desember 2022 di Masjid Gunungsari Indah Surabaya
Ustad Muchamad Arifin saat Menyampaikan Kajian di Masjid Gunungsari Indah Surabaya.
Isu-isu Strategis Keumatan, Kebangsan, dan Kemanusiaan Global merupakan bagian dari Lima poin yang telah dihasilkam dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta.
Dalam kajian tersebut disampaikan oleh ustad Muchamad Arifin Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Muhammadiyah Jawa Timur.
Kepada jamaah panggilan akrap ustad Arifin menyampaikan, bahwa Maksud dan tujuan Muhammadiyah didirikan adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Lanjut ustad Arifin menyampaikan, bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah
Beberapa potongan vidio yang tampak dilayar seputar awal didirikannya Muhammadiyah menjadikan para jamaah semakin paham akan apa yang telah disampaikan
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid disini, memberikan makna pembaharuan ke dalam dua gerakan, yaitu gerakan purifikasi atas masalah akidah dan ibadah, dan gerakan modernisasi atau reformasi untuk bidang-bidang muamalah dalam berbagai bidang kehidupan.
Gerakan modernisasi atau reformasi untuk bidang-bidang muamalah dalam berbagai bidang kehidupan menjadikan Muhammadiyah maju bahkan menjadi organisasi terkaya di dunia.
Kembali ustad Arifin yang juga dai komunitas ini menunjukkan beberapa jumlah aset Muhammadiyah yang ada diseluruh Indonesia bahkan di luar negeri.
Muhammadiyah bisa memiliki aset dan kekayaan yang sangat luar biasa besar dan banyaknya ini tidak lepas dari pesan sang pendirinya KH. Ahmad Dahlan ” Hidup-Hidupilah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah“.
Coba kita lihat, dari 21 juta hektar tanah yang dimiliki Muhammadiyah, tidak satu meterpun yang menjadi milik pengurus Muhammadiyah.
Tidak ada ceritanya di Muhammadiyah, bahwa ayahnya jadi pengurus kemudian diwariskan kepada anak, cucu, cicit dan seterusnya. Kenapa? Karena Muhammadiyah bukan milik pribagi atau perorangan.
Bicara soal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Muhammadiyah tidak diragukan lagi. Karena tidak kurang dari Lima Belas tokoh Muhammadiyah turut andil dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bicara Soal Pancasila sebagai Dasar dan Idiologi Negara juga demikian. Dalam pemahaman Muhammadiyah, Pancasila adalah Darul Ahdi wa Syahadah ( Negara Konsensus dan Kesaksian). Terus apalagi yang mau didiskusikan.
Terkait dengan memaknai jihad, Muhammadiyah memaknai jihad bukan dalam bentuk kekerasan, apalagi terorisme. Bagi Muhammadiyah jihad adalah Jihad lil Muwajjahah, yakni sungguh-sungguh menciptakan sesuatu yang unggul dan kompetitif.
Bicara soal toleransi antara agama, saya kita Muhammadiyah terdepan. Bukan hanya dalam literasi tetapi sudah menjadi kenyataan. Hal ini terlihat beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di Sorong misalnya, dimana dominasi mahasiswa non Islam. Ini semua wujud nyata, bahwa Muhammadiyah urusan toleransi paham gak usah diajari lagi.
https://youtu.be/XRY-GtuhKts
lensa_ldkpwmjatim