LENSADAKWAH.COM – Di depan para peserta Silaturrahim Wilayah (silatwil) Dai Komunitas Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wiyalah Muhammadiyah Jawa Timur, Muchamad Arifin selaku ketua LDK PP Muhammadiyah berharap para dai dalam menjalankan tugas dakwah harus mengedepankan etika.

Pesan tersebut di atas yang disampaikan ketua LDK PP Muhammadiyah dalam paparan yang bertemakan Fataun Gerakan Dakwah Komunitas, di depan para dai LDK Muhammadiyah se-Jawa Timur di Aula Mas Mansur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Sabtu, 22 Pebruari 2025
Mantan ketua LDK PWM jatim periode 2015-2022 tersebut menjelaskan, bahwa fatsun dalam dakwah memiliki peran yang sangat krusial dalam Islam karena dakwah bukan sekadar menyampaikan ajaran agama, tetapi juga membimbing serta menginspirasi orang lain agar menerima Islam dengan hati yang ikhlas gembira.
Dalam menjalankan dakwah, seorang dai harus menunjukkan etika yang santun, penuh kelembutan, dan menghargai perbedaan, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Dakwah yang disampaikan dengan menjunjung tinggi etika akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Sebaliknya, jika dilakukan dengan cara yang kasar atau memaksakan kehendak, dakwah justru dapat menimbulkan penolakan dan membuat orang semakin menjauh dari ajaran Islam. Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik, serta dialog yang santun dan membangun. Pendekatan yang lembut dan penuh hikmah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan perdamaian serta menghormati setiap individu dalam perjalanan menuju hidayah.
Selain itu, etika dalam dakwah juga mencakup nilai-nilai kejujuran, kesabaran, dan keteladanan. Seorang dai tidak cukup hanya menyampaikan kebaikan melalui kata-kata, tetapi juga harus menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan yang nyata lebih berdampak daripada sekadar nasihat lisan, karena orang lebih mudah menerima ajaran ketika melihat contoh yang diterapkan dalam kehidupan.
Konsep dai sebagai pemasar ajaran Allah dalam Islam menggambarkan peran pendakwah sebagai pembawa pesan ilahi dengan cara yang menarik, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam dunia pemasaran, seorang marketer bertugas memperkenalkan suatu produk atau layanan dengan pendekatan yang dapat meyakinkan orang untuk tertarik dan menggunakannya. Dalam konteks dakwah, tugas ini juga diemban oleh dai, yang harus menyampaikan ajaran Islam dengan metode yang penuh kebijaksanaan agar dapat dipahami dan diamalkan oleh umat.
Sebagai seorang marketing ajaran Islam, dai harus mampu menyampaikan pesan agama dengan cara yang penuh hikmah, sebagaimana yang telah diarahkan dalam Al-Qur’an, Islam tidak hanya sebatas teori yang diajarkan, tetapi harus diperlihatkan sebagai agama yang membawa rahmat, kedamaian, dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai positif mengenai Islam perlu dibangun melalui keteladanan akhlak dai itu sendiri, sehingga masyarakat dapat melihat nilai-nilai Islam tercermin dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam perkataan.Selain itu, dai harus memahami siapa yang menjadi audiens dakwahnya serta menyesuaikan metode penyampaian sesuai dengan kondisi yang ada. Perhatikan peritah dakwah dalam Al Qur’an dalam QS. An Nahl: 125
Sebagaimana seorang pemasar yang menggunakan strategi berbeda untuk menarik perhatian pelanggan, dakwah juga harus dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya melalui media sosial untuk menjangkau generasi muda atau melalui diskusi akademik untuk menarik minat kalangan intelektual.
Dakwah yang efektif bukanlah dakwah yang bersifat memaksa, melainkan dakwah yang mampu menumbuhkan kesadaran dan ketertarikan, sehingga seseorang menerima Islam dengan keyakinan yang tulus. Paparan yang disajikan dengan disertai beberapa vidio inspiratif menjadikan para peserta silatwil fokus mengikuti hingga acara berakhir.