LENSADAKWAH.COM – Surabaya, 25 Mei 2025 — Suasana hangat dan penuh keteduhan menyelimuti Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya, Ahad malam ba’da Maghrib. Ratusan jamaah dari berbagai kalangan larut dalam kajian yang menggetarkan hati, disampaikan oleh Ustaz Ahmad Setyo Widadi. Dalam kajian bertema akhlak, Ustaz Widadi mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan akhlak sebagai “frame” atau bingkai hidup dalam menjalani keseharian sebagai seorang Muslim.

Namun sebelum kajian dimulai, suasana malam itu telah dibuka dengan sholat Maghrib berjamaah yang diimami langsung oleh Ustaz Widadi. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan dengan suara yang merdu dan penuh penghayatan membuat jamaah terhanyut dalam kekhusyukan. Setiap ayat seolah menembus relung hati, membawa ketenangan yang menyelimuti seluruh ruangan masjid. Tidak sedikit jamaah yang meneteskan air mata, tersentuh oleh keindahan bacaan yang begitu menyentuh jiwa.
“Bacaan Imam tadi benar-benar menyentuh. Seakan-akan Allah langsung berbicara kepada kita,” ujar salah satu jamaah dengan mata yang masih sembab.
Setelah sholat, kajian dimulai. Dengan tutur kata yang lembut namun sarat makna, Ustaz Widadi menekankan pentingnya menjadikan akhlak sebagai pondasi dalam hidup beragama. Beliau mengingatkan bahwa seorang Muslim sejati tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi juga dari sikap, perilaku, dan tutur katanya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah bahaya ghibah — membicarakan keburukan orang lain. “Kita sering lupa bercermin. Gampang menunjuk kesalahan orang lain, tapi lalai mengoreksi diri sendiri,” ujar beliau. “Lidah ini bisa jadi sumber pahala, tapi juga bisa menjerumuskan kita. Hati-hati dengan ghibah.” Jelas ustad alumni STIDKI Arahmah Surabaya.
Kajian malam itu bukan sekadar penyampaian ilmu, tapi menjadi ruang kontemplasi mendalam. Banyak jamaah terdiam, merenung, bahkan menangis dalam diam — menyadari betapa pentingnya menjaga hati dan lisan.
Menutup kajian, Ustaz Widadi berpesan, “Mari jadikan akhlak sebagai cermin dan bingkai dalam hidup. Kita tidak bisa mengendalikan dunia luar, tapi kita bisa menjaga diri kita untuk tetap dalam koridor Islam yang mulia.”
Malam itu, Masjid At-Taqwa Pogot menjadi saksi — bagaimana lantunan Al-Qur’an yang indah, nasihat yang tulus, dan kesadaran untuk berubah, menyatu dalam momen penuh berkah yang menggugah hati.( Arifin)