Muhasabah Akhir Tahun di Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya
LENSADAKWAH.COM. Surabaya – Suasana Masjid At-Taqwa Pogot, Surabaya, pada Rabu ba’da Subuh, 31 Desember 2025, terasa berbeda dari biasanya. Udara pagi yang sejuk seakan berpadu dengan ketenangan batin para jamaah yang memenuhi saf-saf masjid. Hari itu bukan hari biasa—ia adalah hari terakhir di tahun 2025, sebuah momentum yang mengundang setiap jiwa untuk berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan menata langkah ke depan.

Kajian Subuh pada pagi itu mengangkat tema “Menutup Tahun dengan Taubat dan Membuka Hari dengan Harapan.” Tema ini terasa begitu tepat, seolah menjadi panggilan lembut bagi setiap hati yang ingin pulang—pulang kepada Allah dengan penuh kesadaran dan kerendahan diri.
Dalam kajian tersebut, jamaah diajak untuk merenungi makna umur sebagai amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Disampaikan bahwa pergantian tahun bukan sekadar perubahan angka kalender, tetapi pergantian kesempatan: kesempatan untuk memperbaiki diri, meluruskan niat, dan memperbanyak amal sebelum waktu benar-benar habis.
Salah satu pesan yang begitu menggetarkan hati jamaah adalah pengingat Rasulullah ﷺ bahwa manusia akan ditanya tentang bagaimana ia menghabiskan umurnya. Pertanyaan ini menggema di ruang masjid, menembus ke relung-relung hati. Banyak jamaah yang terdiam, tertunduk, menyadari bahwa waktu telah berlalu begitu cepat, sementara amal sering kali tertinggal.
Kajian ini menekankan bahwa taubat adalah penutup terbaik bagi tahun yang penuh kekhilafan. Bukan taubat yang sekadar diucapkan, tetapi taubat yang lahir dari kesadaran, penyesalan, dan tekad untuk berubah. Jamaah diajak memahami bahwa sebesar apa pun dosa di masa lalu, rahmat Allah selalu lebih luas, dan pintu ampunan-Nya tidak pernah tertutup selama nyawa masih bersemayam di raga.
Namun kajian ini tidak berhenti pada penyesalan semata. Jamaah juga diajak membuka hari dan masa depan dengan harapan yang hidup—harapan yang disertai ikhtiar dan tawakal. Harapan untuk menjadi pribadi yang lebih taat, lebih jujur, lebih lembut dalam akhlak, serta lebih bermanfaat bagi sesama. Harapan yang bertumpu bukan pada kekuatan diri, tetapi pada kasih sayang dan pertolongan Allah ﷻ.
Puncak kajian terjadi saat doa akhir tahun dipanjatkan. Suasana masjid mendadak hening. Tidak terdengar apa pun selain lantunan doa yang lirih dan penuh penghayatan. Banyak jamaah menundukkan kepala, sebagian tampak menyeka air mata. Ruang masjid seolah diselimuti kekhusyukan yang mendalam—sunyi, namun sarat makna.
Doa yang dipanjatkan menjadi penutup yang menyentuh: permohonan ampun atas dosa-dosa yang telah lalu, penerimaan atas amal yang sedikit, serta harapan agar sisa umur yang Allah anugerahkan kelak diisi dengan kebaikan dan ketaatan. Pada momen itu, tahun 2025 seakan benar-benar ditutup dengan taubat, dan hari-hari ke depan dibuka dengan harapan yang baru.
Kajian Subuh di Masjid At-Taqwa Pogot pagi itu bukan sekadar agenda rutin, tetapi menjadi ruang muhasabah kolektif, tempat hati-hati yang lelah kembali dikuatkan, dan jiwa-jiwa yang rapuh kembali ditenangkan. Sebuah pengingat bahwa seindah-indah penutup tahun bukanlah perayaan, melainkan air mata taubat dan doa yang tulus kepada Allah.