LENSADAKWAH.COM – Agama hendaknya dijalankan dengan penuh rasa syukur, ketenangan, dan kebahagiaan, tanpa merasa terpaksa atau terbebani, maka akan melahirkan rasa bahagia, baik secara lahir maupun batin.
Pesan di atas yang disampaikan oleh Muchamad Arifin ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada kegiatan Pesantren Mualaf yang diselenggarakan LDK PWM Jawa Tengah di Hotel Siliwangi Semarang. Senin, 17 Ramadhan 1446 H/17 Maret 2025.
Nampak hadir dalam kegiatan Pesantren Mualaf tersebut deretan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah LDK Muhammadiyah Jawa Tengah beserta undangan lainnya dengan penuh semangat ikut mendampingi para mualaf dalam mengikuti kegiatan pesantren.
Muchamad Arifin dalam paparannya menyampaikan, bahwa beragama dengan gembira bukan sekadar menjalankan ajaran Islam dengan penuh rasa syukur dan ketenangan, tetapi juga dengan sikap sabar dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Sabar merupakan kunci utama dalam menemukan kebahagiaan dalam beragama, karena perjalanan spiritual tidak selalu berjalan mulus. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).
Seorang Muslim yang memahami dan menyadari bahwa setiap cobaan adalah bagian dari kehidupan akan bisa menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ketika menghadapi kesulitan, ia tidak merasa terbebani oleh ajaran agama atau mengeluh, tetapi tetap menjalankannya dengan ketulusan dan penuh harapan.
Sebagai contoh, dalam ibadah shalat, seorang Muslim yang memiliki sikap sabar dan gembira tetap melaksanakannya meskipun sedang dalam kondisi sulit. Ia memahami bahwa shalat bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sumber ketenangan jiwa.
Rasulullah SAW bahkan menjadikan shalat sebagai cara untuk menenangkan hati, sebagaimana sabdanya: “Istirahatkanlah kami dengan shalat, wahai Bilal.” (HR. Abu Dawud no. 4985).
Hidup di tengah keberagaman, dalam menghadapi perbedaan pendapat atau sikap kurang baik dari orang lain, seorang Muslim yang sabar dan beragama dengan gembira tidak mudah tersulut emosi atau membalas dengan keburukan.
Sebaliknya, ia tetap bersikap tenang, memilih untuk memaafkan, dan menghadapi segala sesuatu dengan bijaksana. Allah berfirman:“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46).
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap sabar dan kegembiraan dalam beragama juga tercermin dalam cara seseorang berdakwah atau mendidik anak. Ia tidak mudah terpancing emosi atau memaksa, melainkan menyampaikan ajaran agama dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Rasulullah SAW adalah teladan dalam hal ini, karena beliau selalu menghadapi tantangan dakwahnya dengan kesabaran dan kebijaksanaan.
Dengan demikian, beragama dengan gembira bukan berarti selalu dalam kondisi senang tanpa rintangan, tetapi bagaimana seseorang tetap tenang dan sabar dalam menghadapi ujian, sambil menjalankan ajaran Islam dengan lapang dada.
Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya ditemukan dalam kenyamanan, tetapi juga dalam ketabahan dan keyakinan bahwa di setiap kesulitan, Allah telah menyiapkan jalan keluar.