LENSADAKWAH.COM – Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) merupakan rambu-rambu yang wajib di jalankan bagi warga maupun pimpinan di persyarikatan Muhammadiyah.
Hal di atas yang disampaikan Muchamad Arifin ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di depan para peserta Baitur Arqam Perguruan Muhammadiyah-Aisyiyah Simokerto di Aula Buya Hamka Perguruan Muhammadiyah Kapasan Surabaya. Selasa, 2 April 2024.
Muchamad Arifin yang mendapatkan tugas menyampaikan materi Panduan Hidup Islami Warga Muhammadiyah menyanpaikan pesan pentingnya bagi warga Muhammadiyah untuk paham akan materi PHIWM khususnya bagi para pengurus amal usaha Muhammadiyah.
Muhamadiyah lahir karena kebutuhan saat itu. Dimana pada saat itu praktek ajaran Islam banyak terkontaminasi oleh paham lokal yang bisa menjadi kotoran kemurnian ajaran Islam.
Islam pada jaman Rasulullah bagaikan air yang baru keluar dari mata air yang begitu bersih tanpa khawatir untuk meminumnya karena dijamin bersih. Namun sepeninggal Rasulullah bagaikan air yang terus mengalir, maka semakin jauh mengalir semakin kotor karena dalam perjalanan saluran air banyak kotoran-kotoran yang bercampur baur.
Gambaran di ataslah yang melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Jadi Muhammadiyah itu lahir seperti filter air yang berfungsi untuk membersihkan atau mengembalikan air menjadi bersih layak minum.
Diterbitkannya PHIWM merupakan hasil keputusan muktamar ke 44 di Jakarta. Dengan harapan warga Muhammadiyah tidak ada yang keluar jalur dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Muhammadiyah, seperti Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Karakter orang Muhammadiyah, Sifat Kepribadian Muhammadiyah dst.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi persyarikatan dikenal sebagai gerakan dakwah Islam yang bergerak dibidang dakwah amar ma‟ruf nahi mungkar, dimana arah geraknya selalu mencoba memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat baik pada masyarakat Islam, maupun pada masyarakat non Islam.
Muhammadiyah dan Isu Toleransi
Bicara soal toleransi insyaallah muhammadiyah adalah contoh dan pelaku langsung toleransi. Jadi soal toleransi tidak perlu diajari karena Muhammadiyah sudah melakukan lansung. Jelas ketua LDK PP Muhammadiyah yang juga Instruktur Nasional Moderasi Beragama (INMB) Kementrian Agama Republik Indonesia.
Berdirinya kampus-kampus Muhammadiyah dan beberapa sekolah di daerah Sorong dan beberapa daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang mayoritas non muslim merupakan wujud nyata, bahwa soal toleransi muhammadiyah sudah melakukan bukan hanya program apalagi projek.
Toleransi itu menghormati bukan mengikuti. Tegasnya didepan 200 peserta Baitul Arqam. Dalam hal aqidah urusan masing-masing. Sedangkan diluar aqidah kita harus selalu menjaga dan menghormati. Inilah toleransi.
Sumber : M. Khoirul Anam
Divisi Dakwah Digital LDK PP Muhammadiyah