LENSADAKWAH.COM – Mari kita perbanyak amal, agar kita menghadap Allah dengan membawa kekayaan, bukan datang dengan kemiskinan. Pesan tersebut yang disampaikan oleh ustad Muchamad Arifin dalam kajian Jelang Ramadhan di Masjid Muhajirin Jojoran Surabaya. Sabtu, 15 Penruari 2025.
Kajian jelang Ramdhan di Masjid Muhajirin Jojoran I/77 Surabaya, para jamaah selain disediakan makan pagu juga para jamaah disediakan periksa kesehatan secara gratis agar menyambut datangnya Bulan Puasa kindisi kesehatan tetap sehat dengan antisipasi sebelumnya.
Salah satu cara untuk memperbayak amal baik dan mengurangi doa serta diangkatnya derajat dihadapan Allah adalah dengan rajin menghadiri kajian-kajian di Masjid sebagaimana kajian ba’da Shubuh pahi ini. Sebagaimana terdapat dalah Hadits Nabi yang cukup populer, yang berbunyi:
“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat”.
Selanjutnya ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, menjelaskan kunci untuk bisa masyk surga Firdaus, salah satu surga yang tingkatannya paling tinggi dengan diiringi vidio-vidio sehingga membuat jamaah betah mengikuti hingga acara berakhir.
Dalam Al-Qur’an, khususnya dalam surat Al-Mukminun ayat 1-11, Allah SWT menggambarkan siapa saja yang tergolong sebagai orang-orang yang beruntung. Dalam Islam, keberuntungan tidak hanya diukur dari kesuksesan materi atau duniawi, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya sesuai dengan petunjuk Allah sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah membuka ayat-ayat ini dengan pernyataan tegas bahwa hanya orang-orang beriman yang benar-benar beruntung. Keimanan menjadi fondasi utama yang menentukan apakah seseorang termasuk dalam golongan yang beruntung atau tidak. Namun, iman bukan sekadar ucapan, melainkan harus diwujudkan dalam keyakinan yang kuat di hati serta tercermin dalam perbuatan sehari-hari.
Salah satu tanda utama keberuntungan adalah memiliki kekhusyukan dalam salat. Salat bukan hanya ritual harian, tetapi menjadi sarana komunikasi langsung dengan Allah. Mereka yang beruntung adalah yang melaksanakan salat dengan penuh kesadaran, memahami maknanya, dan tidak hanya sekadar menjalankan kewajiban. Kekhusyukan dalam salat mencerminkan hubungan yang erat antara seorang hamba dan Tuhannya.
Selain menjaga hubungan dengan Allah, mereka yang beruntung juga menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Mereka menjauhi perbuatan sia-sia, seperti perkataan yang tidak bermanfaat, gosip, dan tindakan yang tidak membawa kebaikan. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang bernilai dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain.
Menunaikan zakat juga menjadi salah satu ciri dari orang-orang yang beruntung. Zakat bukan hanya kewajiban finansial, tetapi juga bentuk kepedulian sosial yang membersihkan harta dan membantu mereka yang membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa keberuntungan sejati bukanlah sekadar memiliki kekayaan, tetapi juga bagaimana kekayaan itu digunakan untuk kemaslahatan.
Selain itu, orang yang beruntung adalah mereka yang menjaga kesucian diri dengan tidak terjerumus dalam perbuatan zina. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta membangun kehidupan yang bermartabat melalui ikatan pernikahan yang sah.
Mereka yang beruntung juga dikenal sebagai individu yang dapat dipercaya. Ketika diberikan amanah, mereka menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun dalam pekerjaan. Mereka selalu berusaha menepati janji dan tidak mengingkarinya, karena dalam Islam janji merupakan tanggung jawab yang harus dijaga.
Pada bagian akhir ayat, Allah kembali menegaskan bahwa mereka yang mengamalkan prinsip-prinsip ini akan mendapatkan surga Firdaus sebagai balasan, di mana mereka akan kekal di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa keberuntungan sejati bukan hanya tentang kesuksesan duniawi, tetapi juga tentang mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat.
Dengan demikian, orang yang beruntung menurut Islam adalah mereka yang tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga memiliki akhlak yang baik, menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia, serta tetap teguh dalam keimanan dan ketaatan. Keberuntungan ini tidak datang secara instan, melainkan merupakan hasil dari usaha, ketekunan, dan ketakwaan sepanjang hidup.