Lensadakwah.com – Kejayaan Islam akan terus berkobar dari sebuah kemauan tinggi, bukan dengan ketergantungan. Generasi muda harus berani melangkah tanpa lelah dengan kemajuan modern yang didukung ide cemerlang, demikian disampaikan Ustadz Dzulfikar Akbar, Mudir Pondok Pesantren An-Nur, Tanggulangin, Sidoarjo saat mengisi Darul Arqom Ceria (MUMTAS) SD Muhammadiyah 10 Surabaya (11-12/4/2023).
Acara ini diikuti 225 siswa-siswi dengan didampingi semua ustadz/ah. Darul Arqom tahun ini memang dikonsep untuk langsung belajar menyelami dan memahami keimanan serta ketaqwaan di Pondok Pesantren.
“Majunya Islam berawal dari orang-orang Islam itu sendiri, jangan lemah, harus berani berjuang untuk menegakkan yang benar,” ungkap Ustadz Ahmad Munhamir, M.Pd Kepala SD Muhammadiyah 10 Surabaya.
Melalui belajar langsung di pesantren, Sambung Munhamir, keimanan dan akhlaq anak-anak diharapkan semakin kuat, mereka bisa merasakan langsung kehidupan sederhana dan bersahaja.
Disampang itu, melalui Darul Arqom dipondok pesantren, para siswa semakin rajin melaksanakan ibadah harian. Akhlak yang baik akan menjadi karakter yang melekat di hati dan dilakukan dalam keseharian”, Tambahnya.
Sementara itu, Ustadz Ahmat Sulkan, S.Ag. ketua panitia berharap, “Anak-anak nantinya dengan siapapun dan di manapun akan menunjukkan karakter islami, khususnya taat dan patuh pada orang tua serta guru. Mental mereka kuat dan percaya diri menghadapi segala tantangan zaman tapi tetap dalam koridor Islam kaffah,” tuturnya.
Di pesantren, kata dia, mereka belajar bersama tentang ayat-ayat Al-Qur’an lebih terperinci, juga diselipkan belajar beberapa kitab khas pesantren dan dikemas secara menyenangkan dan inspiratif oleh ustadz/ah yang kompeten.Tutur Sulkan
Khoirul salah satu peserta ketika ditanya bagaimana kesannya setelah mengikuti Darul Arqom mengatakan,
“Saya senang sekali bisa tinggal di pondok ini meski hanya dua hari. Saya bisa merasakan kehidupan pesantren, ternyata menyenangkan dan tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya. Segala sesuatu harus dilakukan sendiri,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, siswa SD Muhammadiyah 10 Surabaya ini juga belajar bagaimana ritme belajar di pesantren. Mulai bangun pagi hingga tidur malam, segala sesuatu dilakukan dengan mandiri, lebih-lebih di bulan Ramadhan.
Tidak ada rasa enggan dan berat yang terlihat diwajah anak-anak yang terbiasa dilayani saat dirumah ini. Mereka tampak menikmati kegiatan yang dilakukan di pondok. Kehidupan sederhana dan lebih dekat dengan ketaatan kepada Allah Swt akan menjadi pengalaman berharga.
Penulis, A.Munhamir
Editor, M.Khoirul Anam