Lensadakwah.com – Model dakwah berbasis komunitas sesungguhnya telah dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan sejak awal berdirinya Muhammadiyah.
Persyarikatan yang berdiri pada 1912 ini membagi sasaran dakwahnya menjadi tiga, yaitu: (a) sasaran utama, yakni warga Muhammadiyah; (b) sasaran umum, yakni masyarakat umum, dan; (c) sasaran khusus, yakni komunitas.
Adapun dalam konteks program keorganisasian, keberadaan lembaga dakwah yang menyasar komunitas ini diputuskan dalam Muktamar Ke-39 Muhammadiyah di Padang pada 1974 dengan nama Dakwah Masa Kini. Kemudian dalam Muktamar ke-40 di Surabaya pada 1978, program tersebut dipecah menjadi beberapa bagian, sehingga dibentuk sebuah badan yang disebut Badan Dakwah dan Bimbingan Masyarakat Terasing (BDBMT).
Dalam Muktamar berikutnya, tepatnya Muktamar ke-41 di Solo pada 1985, dibentuklah Lembaga Dakwah Khusus (LDK) yang berfokus pada dakwah di daerah-daerah pedalaman dan suku terasing. Mengingat kata “khusus” yang melekat dalam nomenklatur lembaga ini belum jelas makna dan cakupannya, sehingga dalam Muktamar ke-48 di Surakarta, namanya diganti menjadi Lembaga Dakwah Komunitas.
Cerita di atas yang termuat dalam konten profil Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang di putar dalam acara Silaturahmi Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada hari Sabtu, 11 Mei 2024 di SM Tower Yogyakarta.
Muchamad Arifin ketua LDK PP Muhammadiyah pada kesempatan tersebut menjelaskan problem dakwah di daerah 3T yang harus segera di atasi diantaranya adalah kurangnya dai yang di tugaskan dan mukafaah untuk para dai itu sendiri.
Oleh karena itu kehadiran kami di depan para rektor PTM ini adalah mengajak untuk sinergi agar problem penugasan dai di daerah 3T bisa terpenuhi. Jelas Muchamad Arifin kepada para rektor pada acara silaturrahmi tersebut.
Kebutuhan dai di daerah 3T sangat banyak sekali. Sementara itu dai yang ditugaskan LDK PP Muhammadiyah masih 100. Jadi jauh dari ukuran cukup. Karena dari titik lokasi Wilayah untuk ideal minimal adalah 1000 dai termasuk pendampingan para mualaf di suku-suku terasing daerah khusus.
Para mualaf yang rata-rata masih memiliki keimanan yang rendah sangat rawan kembali kepada agama yang diikuti sebelumnya atau pindah agama lain kalau tidak didampingi. Karena di daerah terpencil dari unsur agama lainpun juga berebut untuk bisa memeluk agamanya.
Suhardi seketaris LDK PP Muhammadiyah yang turut hadir dalam acara tersebut mengharap kepada PTM bisa membantu dalam mewujudkan program prioritas LDK dalam penugasan dai ke daerah 3T dan Suku terasing di penjuru pelosok tanah air.
Insyaallah dengan terlibatnya lazismu dan PTM dalam hal dakwah di daerah 3T akan bisa terselesaikan.
Sumber: Divisi Dakwah Digital LDK PP Muhammadiyah