LENSADAKWAH.COM – Suasana hangat menyelimuti Wisata Kebun Bibit Wonorejo Surabaya pada Jumat hingga Sabtu, 16–17 Mei 2025. Di tengah rimbunnya pepohonan dan semilir angin sore, tenda-tenda kecil berdiri kokoh, menjadi saksi bisu kemah perdana yang penuh makna: Perjusa (Perkemahan Jumat-Sabtu) SD Muhammadiyah 19 Surabaya atau yang akrab dikenal Sekolah Ceria. Namun, di balik gelak tawa dan keceriaan anak-anak, terselip momen haru yang menyayat hati saat tangis perpisahan pecah di malam terakhir.

Sebanyak 60 siswa dari kelas 4 hingga 6 mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias. Mengusung tema “Membangun Rasa Percaya Diri yang Positif sebagai Seorang Pandu Hizbul Wathan”,
acara ini dibuka langsung oleh Kepala Sekolah, Maliki, S.Thi., M.Pd. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kegiatan perkemahan sebagai media pembentukan karakter, keberanian, serta semangat gotong royong di kalangan siswa.
Hari pertama diisi dengan berbagai aktivitas yang memacu semangat dan kebersamaan, mulai dari jelajah seru, kegiatan kerohanian, hingga outbound. Namun, momen paling dinanti sekaligus paling menyentuh adalah malam keakraban—saat para siswa berkumpul mengelilingi api unggun, menampilkan pertunjukan seni dari masing-masing kelas.
Tawa riang memenuhi udara kala siswa kelas 4 dan 5 menyuguhkan pentas drama, lagu, dan tari-tarian lucu yang menggugah semangat. Namun, suasana berubah drastis ketika giliran kelas 6 tampil di bawah cahaya remang-remang api unggun. Dengan mengenakan seragam Hisbul Wathan lengkap, mereka maju ke tengah lingkaran sambil membawa secarik kertas bertuliskan lirik lagu perpisahan.
Suara mereka gemetar. Tangis mulai terdengar sejak bait pertama dilantunkan. Beberapa siswa tak kuasa melanjutkan nyanyian, sementara yang lain mencoba menenangkan diri. Suasana seketika hening, hanya suara rintik isak yang menyelimuti udara malam. Guru-guru dan adik kelas turut larut dalam keharuan. Beberapa siswa kelas 4 terlihat memeluk kakak kelasnya, tak ingin melepaskan.
“Sedih sekali rasanya harus berpisah. Kami sudah seperti keluarga di sini,” ujar Halimah, salah satu siswi kelas 6 dengan mata sembab usai penampilan. “Tapi kami juga senang, karena bisa menutup perjalanan ini dengan momen seindah ini.”
Bagi siswa kelas 6, PERJUSA kali ini bukan sekadar kemah biasa. Ini adalah penutup manis sekaligus awal dari langkah baru menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Mereka tidak hanya membawa pulang kenangan, tetapi juga semangat baru dan pelajaran hidup yang tak tergantikan.
“Perpisahan memang tak pernah mudah,” tutur Maliki setelah acara. “Tapi saya percaya, tangisan malam ini adalah bukti bahwa anak-anak kita telah membangun ikatan yang kuat, belajar banyak hal, dan siap melangkah lebih jauh.”
Api unggun pun perlahan padam, tapi bara semangat para siswa tetap menyala. PERJUSA perdana ini menjadi lebih dari sekadar kegiatan sekolah—ia menjelma menjadi kenangan tak terlupakan, tempat air mata dan tawa bersatu, dan cinta untuk sekolah dan teman-teman tumbuh abadi dalam hati.
Penulis: Nurul H
Editor: M.Khoirul A