LENSADAKWAH.COM. Surabaya — Hujan rintik-rintik yang menyelimuti kawasan Pogot sejak subuh tidak menghalangi para jamaah untuk datang ke Masjid At-Taqwa Surabaya. Dengan semangat yang tetap terjaga, jamaah mengikuti kajian ba’da Subuh pada Rabu, 26 November 2025, yang diasuh oleh Ustaz Muchamad Arifin, Ketua LDK PP Muhammadiyah. Suasana menjadi semakin hangat karena kajian kali ini masih berada dalam momentum Milad Muhammadiyah ke-113 yang diperingati sepanjang bulan November.

Dalam pembukaannya, Ustaz Arifin mengajak jamaah menengok kembali kondisi bangsa pada masa berdirinya Muhammadiyah. Ia menggambarkan betapa carut-marutnya kondisi sosial dan pendidikan masyarakat saat itu, di bawah kekuasaan penjajah yang membelenggu kecerdasan dan kemajuan umat. Di tengah keterpurukan itulah Kiai Ahmad Dahlan hadir membawa cahaya pembaruan. Melalui gerakan Muhammadiyah, beliau ingin memurnikan ajaran Islam, memperkuat pendidikan, dan mengangkat martabat umat. “Milad ini bukan sekadar peringatan seremonial,” ujar Ustaz Arifin, “tetapi momen untuk kembali meresapi semangat perjuangan pendiri Muhammadiyah.”
Dari refleksi sejarah itu, Ustaz Arifin kemudian mengaitkannya dengan perkembangan Muhammadiyah saat ini. Ia menekankan bahwa berkat keikhlasan para pemimpin dan warganya, Muhammadiyah telah tumbuh menjadi gerakan Islam modern yang memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Data terbaru menunjukkan bahwa Muhammadiyah kini mengelola 5.345 sekolah dan madrasah, 172 perguruan tinggi, 122 rumah sakit, 231 klinik, 440 pesantren, 1.012 amal usaha sosial, serta mengelola lebih dari 20.465 titik aset wakaf di seluruh Indonesia. Jumlah yang sangat besar ini, menurutnya, adalah bukti bahwa semangat tajdid benar-benar diterjemahkan dalam bentuk pengabdian nyata.
Tidak hanya berkembang di dalam negeri, Muhammadiyah juga telah merambah dunia internasional. Ustaz Arifin menyebut beberapa contoh amal usaha dan cabang istimewa Muhammadiyah di luar negeri, seperti Sekolah Muhammadiyah Australia College di Melbourne, University of Muhammadiyah Malaysia (UMAM), serta berbagai kegiatan pendidikan dan dakwah di Mesir, Jepang, Taiwan, dan sejumlah negara Eropa. Meluasnya gerakan Muhammadiyah hingga ke mancanegara ini menunjukkan bahwa gagasan Kiai Ahmad Dahlan telah melampaui batas ruang dan waktu. Semua itu tidak lepas dari pesan luhur pendiri Muhammadiyah: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”
Pesan ini pula yang terus menjadi ruh perjuangan para pemimpin Muhammadiyah, yang dikenal sederhana, bekerja dalam senyap, dan mengutamakan pelayanan kepada umat. Karena itu, menurut Ustaz Arifin, perkembangan Muhammadiyah bukanlah hasil kerja perseorangan, melainkan buah dari keikhlasan kolektif seluruh warganya.
Kajian berlangsung dengan penuh perhatian dari jamaah. Meski hujan turun sejak pagi, tidak terlihat tanda-tanda mereka surut semangat. Justru suasana terasa lebih syahdu ketika materi kajian disampaikan dengan runtut dan menyentuh. Setelah menyampaikan paparannya, Ustaz Arifin menutup kajian dengan doa bersama, memohon agar Allah memberikan kekuatan untuk meneruskan perjuangan dakwah, menjaga semangat milad, dan terus hadir membawa pencerahan bagi umat dan bangsa.