LENSADAKWAH.COM – Manusia yang selalu berpikiran positif itu akan tenang hidupnya. Demikian sebaliknya, orang yang selalu berpikiran negatif akan gundah hidupnya. Inilah yang disampaikan ustad Muchamad Arifin di depan jamaah penyajian ibu-ibu masjid At-Taqwa Pogot Surabaya, 9 Agustus 2024.
Jaga Pikiran
Kita jaga pikiran kita dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Karena sungguh beruntung orang yang bisa menjaga kesuciannya dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Sebagaimana dalam firmanNya:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ
Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu dan menyucikannya dari segala kekotoran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya, lalu menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.
Dan sungguh rugi orang yang menutupi kemuliaan jiwa itu, mengotorinya dengan sifat-sifat buruk, dan mematikan potensinya untuk berbuat baik. Dengan melakukan hal itu, manusia tidak malu lagi berperilaku buruk, berbuat dosa, dan merugikan orang lain.
Kita Wajib Sabar
Allah dan Rasul-Nya mengajarkan umat manusia bersabar dalam menghadapi ujian sehingga bisa mengambil hikmah dari ujian tersebut. Namun, banyak juga orang yang tidak mampu menangkap pesan kasih sayang Allah dan mengambil hikmah dari setiap ujian.
Seorang hamba harus berprasangka baik kepada Allah saat menerima ujian. Ia mengingatkan Allah telah banyak memberikan nikmat dan karunia kepada manusia. Maka perbanyaklah bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.
Salah satu bagian dari bersyukur adalah mengisi waktu luang dengan kebaikan yang bernilai amal shaleh. Menyisihkan nikmat dengan amal jariyah serta menjauhkan diri dari hal-hal yang sia-sia tidak ada manfaatnya.
Dalam Islam dilarang berpikir negatif yang dapat menyebabkan penyakit hati. Penyakit hati merupakan embrio dari segala penyakit. Penyakit hati berupa prasangka buruk (su’uzon) adalah salah satu sifat yang tercela. Itu adalah penyakit berbahaya yang dapat membunuh iman, sehingga orang yang dihinggapi penyakit ini merupakan orang yang jauh dari ketakwaan.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12).
Prasangka yang banyak mengandung dosa dan dilarang dalam ayat di atas adalah prasangka buruk. Prasangka buruk memang bukan sebuah tindakan dan aksi nyata, tetapi ia adalah penyakit hati yang bisa menggerakkan manusia berbuat sesuatu yang tercela.
اِيّاكُم والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث
Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta (HR. Al-Bukhari).