LENSADAKWAH.COM. Surabaya – Suasana Masjid At-Taubah, Demak Barat, Surabaya, pada Ahad, 18 Mei 2025 pagi itu terasa berbeda. Jamaah larut dalam perenungan mendalam saat Ustaz Muchamad Arifin, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyampaikan kajian penuh makna tentang perjalanan spiritual Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Dengan suara tenang namun penuh penekanan makna, Ustaz Arifin membuka kajian dengan pertanyaan yang menggugah: “Berapa banyak di antara kita yang benar-benar mencari Tuhan seperti Nabi Ibrahim mencari Tuhan?” Suasana pun hening. Jamaah terdiam, merenungi kisah agung sang Khalilullah.
Pencarian yang Penuh Kejujuran
Dalam kajian tersebut, Ustaz Arifin menggambarkan perjuangan Nabi Ibrahim yang sejak muda mempertanyakan keyakinan kaumnya. Ia tidak serta-merta menerima apa yang diwariskan. Ia berani berpikir, menimbang, dan mencari. “Ia menolak menyembah berhala, mempertanyakan bintang, bulan, dan matahari. Semua itu ia anggap bukan Tuhan karena bisa tenggelam dan menghilang. Ia mencari hakikat Ilahi, dan akhirnya menemukan Allah sebagai satu-satunya yang layak disembah,” tutur Ustaz Arifin.
Diuji dengan Api, Namun Tak Padam Iman
Ketika keimanan telah tertancap dalam hatinya, ujian pun datang. Nabi Ibrahim harus berhadapan dengan penguasa lalim yang menjatuhkan hukuman bakar. Namun keimanan tak surut. Dengan penuh ketabahan, ia melangkah ke kobaran api, yakin bahwa Allah akan menolong.
“Allah tidak membiarkan kekasih-Nya binasa. Api yang membakar tubuh biasa, justru menjadi dingin dan sejuk bagi Ibrahim. Ini bukan kisah fiksi. Ini bukti bahwa siapa yang berjalan bersama Allah, tidak akan pernah sendiri,” jelas Ustaz Arifin, suaranya mulai bergetar menahan haru.
Meninggalkan yang Dicintai demi Cinta yang Lebih Tinggi
Ujian belum selesai. Ibrahim harus meninggalkan istri dan anak tercinta di padang gersang. “Apa yang lebih menyayat dari meninggalkan keluarga di tempat tanpa air dan tumbuhan?” tanya Ustaz Arifin. “Namun Nabi Ibrahim percaya, ketika Allah yang memerintah, maka pertolongan-Nya pasti menyusul.”
Dari ketabahan itu, lahirlah sumur Zamzam. Dari keikhlasan itu, Allah menjadikan Mekkah sebagai tempat suci umat manusia.
Mengorbankan Anak, Menyerahkan Cinta kepada Pemilik Cinta
Dan puncaknya: perintah untuk menyembelih Ismail. Ujian terdalam bagi seorang ayah. “Ini bukan sekadar kisah kurban,” tegas Ustaz Arifin. “Ini tentang bagaimana manusia meletakkan cintanya pada Tuhan di atas segala sesuatu, bahkan di atas darah dagingnya sendiri.”
Dengan suara lirih namun tegas, Ustaz Arifin mengajak jamaah untuk merenung: “Apa yang kita korbankan hari ini untuk Allah? Adakah kita siap meninggalkan ego, harta, atau bahkan waktu kita demi menjalankan perintah-Nya?”
Pesan Penutup: Mari Belajar dari Ibrahim
Kajian ditutup dengan doa penuh harap agar umat Islam bisa meneladani kesabaran, kejujuran iman, dan ketaatan Nabi Ibrahim. “Di tengah dunia yang semakin bising dan penuh godaan, kisah Ibrahim adalah lentera bagi hati yang ingin tetap menyala,” pungkas Ustaz Arifin.
Masjid At-Taubah hari itu menjadi saksi. Bukan hanya kajian yang terjadi, tetapi juga kebangkitan ruhani. Air mata mengalir, bukan karena duka, tetapi karena haru dan tekad untuk menjadi hamba yang lebih taat, seperti Ibrahim, sang pencari Tuhan.