LENSADAKWAH.COM – Masalah toleransi Muhammadiyah sudah tidak lagi berbicara diruang-ruang kecil, seperti: ruang seminar, Lokakarya, pelatihan tetapi sudak mempraktekkan di ruang terbuka dibelahan penjuru tanah air. Inilah yang disampaikan Muchamad Arifin di depan jamaah kajian Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya. Rabu ba’da Shubuh, 20 November 2024.
Dalam usianya yang ke – 112 tahun ini Muhammadiyah semakin terasa sebagai organisasi yang mencerahkan umat secara umum tanpa pilih-pilih. Hal ini sebagai mana tema yang diangkat pada Milad Muhammadiyah, yaitu Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua.
Muhammadiyah telah mempraktikkan toleransi sejak awal pendiriannya pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan. Gerakan ini menekankan pada prinsip Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis dengan pendekatan modern dan terbuka. Muhammadiyah dikenal mempromosikan nilai-nilai inklusivitas, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat tanpa memandang suku, agama, maupun latar belakang sosial.
Beberapa contoh toleransi yang diterapkan Muhammadiyah:
- Keterbukaan terhadap kerja sama lintas agama: Muhammadiyah aktif dalam dialog antaragama dan sering terlibat dalam kegiatan sosial bersama organisasi dari agama lain.
- Pelayanan tanpa diskriminasi: Rumah sakit, sekolah, dan lembaga sosial Muhammadiyah melayani masyarakat dari berbagai latar belakang agama.
- Pendidikan toleransi: Dalam kurikulumnya, Muhammadiyah menanamkan nilai-nilai moderasi dan menghindari fanatisme, sehingga menciptakan generasi yang menghargai perbedaan.
Prinsip ini mencerminkan bahwa sejak awal, Muhammadiyah sudah mengintegrasikan nilai toleransi dalam misi dakwah dan sosialnya.
Muhammadiyah sudah tidak bicara soal toleransi tetapi sudah menjalankan, khususnya di Indonesia bagian timur” menunjukkan bahwa Muhammadiyah lebih menekankan aksi nyata dalam menerapkan nilai-nilai toleransi dibanding sekadar berbicara atau mendiskusikannya.
Di Indonesia bagian timur, Muhammadiyah telah menunjukkan peran aktif dalam membangun harmoni sosial melalui berbagai cara:
- Layanan Pendidikan
Muhammadiyah mendirikan banyak sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi yang terbuka bagi semua kalangan, tanpa membedakan agama atau suku. Contohnya, Universitas Muhammadiyah di daerah seperti Papua dan Nusa Tenggara sering menjadi pusat pendidikan lintas agama, di mana mahasiswa dari agama lain juga diterima dan dilayani dengan baik. - Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit dan klinik Muhammadiyah di wilayah timur, seperti di Papua dan Maluku, melayani pasien tanpa diskriminasi. Pelayanan ini menjadi contoh nyata bahwa Muhammadiyah lebih menonjolkan aksi kemanusiaan dibandingkan sekadar retorika toleransi. - Pemberdayaan Masyarakat
Muhammadiyah aktif dalam program pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah tertinggal dan konflik. Mereka membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan pemberian akses air bersih. - Pendekatan Moderasi Islam
Muhammadiyah di wilayah Indonesia Timur sering menjadi jembatan dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Mereka mengajarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan mendorong dialog lintas agama, sehingga menciptakan hubungan harmonis antara mayoritas Muslim dengan masyarakat Kristen dan agama lain di wilayah ini.
Ini semua adalah bukti bahwa Muhammadiyah menjalankan nilai-nilai toleransi secara konsisten, tidak hanya sebagai wacana tetapi melalui aksi nyata yang membawa dampak positif langsung pada masyarakat.