LENSADAKWAH.COM – Suasana khusu’ penuh khidmat menyertai jamaah Masjid At-Taqwa, Pogot Surabaya. Rabu, 7 Mei 2025, ketika jamaah mulai memadati ruang utama untuk mengikuti kajian rutin yang diasuh oleh Ustaz Muchamad Arifin. Kali ini, tema yang diangkat begitu menyentuh kalbu: “Dengan Mentadabburi Al-Qur’an, Hidup Menjadi Tenang.”

Dalam penyampaian yang khas, lembut namun mengena, Ustaz Arifin mengajak jamaah untuk tidak hanya membaca Al-Qur’an secara rutin, tetapi juga merenungi maknanya secara mendalam. “Al-Qur’an bukan sekadar bacaan harian, melainkan petunjuk hidup yang jika kita tadabburi, akan menuntun hati kepada ketenangan sejati,” ungkapnya.
Beliau menegaskan bahwa banyak kegelisahan dan kekosongan batin di zaman ini bersumber dari jauhnya manusia dari nilai-nilai ilahi yang terkandung dalam Al-Qur’an. “Ketika kita membaca ayat demi ayat dengan pemahaman dan perenungan, kita sedang membuka pintu dialog dengan Allah. Dan dari situlah ketenangan itu mengalir,” lanjutnya.
Jamaah yang hadir tampak larut dalam suasana kajian. Tak sedikit yang mengangguk pelan, tanda memahami dan meresapi pesan-pesan yang disampaikan. Beberapa bahkan mencatat poin-poin penting yang menjadi bekal amalan selepas kajian.
Kajian rutin ini tidak hanya menjadi ajang menambah ilmu, tetapi juga ruang mempererat ukhuwah dan memperkuat spiritualitas warga sekitar. Masjid At-Taqwa, yang berada di kawasan Pogot, kini semakin hidup dengan kegiatan-kegiatan dakwah yang mencerahkan, salah satunya melalui pengajian yang diasuh oleh Ustaz Arifin.
Menariknya, di akhir kajian, Ustaz Arifin menyampaikan sebuah kisah inspiratif dari kehidupan ulama besar, Imam Ahmad bin Hanbal. Dikisahkan, suatu ketika Imam Ahmad melakukan perjalanan jauh dan terpaksa menginap di sebuah masjid. Namun penjaga masjid melarangnya tidur di dalam. Dalam keadaan kebingungan, datanglah seorang penjual roti yang menawarkan tempat bermalam di tokonya.
Selama menginap, Imam Ahmad memperhatikan bahwa penjual roti tersebut senantiasa berdzikir dan beristighfar tanpa henti saat membuat roti. Ketika ditanya, si penjual menjawab bahwa ia telah membiasakan diri berdzikir karena yakin bahwa setiap doa dan harapannya akan dikabulkan Allah. “Dan salah satu doa saya yang belum terkabul adalah bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal,” ujarnya polos.
Mendengar itu, Imam Ahmad meneteskan air mata dan berkata, “Subhanallah! Doa dan dzikirmu telah membuat Allah menarikku dari tempat jauh dan menolak aku di masjid, hanya agar aku datang ke rumahmu.” Kisah ini menjadi penegas bahwa kedekatan hati dengan Allah melalui zikir, doa, dan tadabbur membawa ketenangan dan keajaiban dalam hidup.
Dengan menutup kajian lewat kisah sarat makna ini, Ustaz Arifin mengingatkan bahwa Al-Qur’an dan dzikir bukan hanya jalan menuju ketenangan, tapi juga jembatan menuju pertolongan dan keberkahan Allah dalam kehidupan sehari-hari.